Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada acara G20: Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2022 di Bali, Senin (11/7/2022). (Foto: Kemenko Perekonomian)
BALI, NP- Ekonomi digital tumbuh melesat ditopang pola konsumsi belanja secara daring dan juga sistem keuangan digital yang makin mumpuni. Pada tahun 2024, pemerintah menargetkan 90% inklusi keuangan, dimana masyarakat indonesia menikmati layanan keuangan digital yang berkualitas dan terjangkau.
“Potensi ekonomi dan keuangan digital memiliki prospek cerah, untuk dioptimalkan menjadi sumber pertumbuhan yang baru,” ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada acara G20: Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2022 di Bali, Senin (11/7/2022).
Nilai ekonomi digital/internet Indonesia di tahun 2021 tercatat sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara, yakni sebesar US$70 miliar, dan diperkirakan mampu mencapai US$146 miliar pada tahun 2025. Transaksi QRIS tumbuh 245% dan nilai transaksi digital banking meningkat 20.82% secara tahunan.
“Indonesia menjadi tuan dan tujuan investasi digital yang populer di asean atau mewakili 40% dari digitalisasi asean yang nilainya 300 triliun dan didukung tentunya perbaikan iklim usaha yang kondusif,” kata Airlangga yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.
Ekonomi digital menjadi tulang punggung perbaikan ekonomi di masa pandemi. Berbagai inisiatif kebijakan ekonomi dan keuangan digital, harus didorong oleh penguatan karakter untuk berani dan mengkreasi hal hal baru.
“Karakter ini tentu akan memotivasi kita menjadi pemain digital di negara sendiri dan juga menjadi pemain utama di pasar global. Mari kita bersama memperkuat sinergi dan akselerasi perekonomian digital untuk pemulihan ekonomi nasional.” terang Airlangga.
Pembangunan Infrastruktur Digital dari Timur ke Barat
Pemerintah memandang penting percepatan digitalisasi di Indonesia bagian Timur. Untuk itu pembangunan fiber optic dimulai dari ‘arah matahari terbit’ dan menegaskan komitmen untuk terus membangun infrastruktur digital yang kuat di seluruh indonesia.
“Fiber optic yang sudah terhubung dari timur ke barat. Dari papua sampai ke aceh, untuk menekankan timur penting untuk digitalisasi. Matahari terbit dari timur, orang di timur kerja duluan. Timur penting untuk digitalisasi. Bayangkan, kalau stock market bergerak dari timur, mgkn kita bekerja lebih pagi dari Singapore dan Hongkong. Ini jadi PR, namun bisa dicapai dengan digital,” kata Menko Perekonomian itu.
Pemerintah memang tengah membangun infrastruktur digital yang mumpuni. Wilayah darat bisa dilayani dengan keberadaan fiber optik, namun ada juga teknologi satelit, termasuk yang baru dibahas Presiden Joko Widodo dengan Elon Musk,yaitu satelit orbit bumi rendah.
“Salah satu evolusi bidang infrastruktur digital yaitu low orbit satellite, itu jadi game changer juga dalam negara kepulauan seperti di indonesia. 17 ribu pulau tidak bisa di sambung fiber optik,” kata Airlangga Hartarto lagi.
Selain itu, pemerintah juga memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park di Batam Riau, yang digayang sebagai ‘Silicon Valley’ Indonesia. Keberadaan wilayah khusus ini diharapkan bisa dimanfaatkan baik oleh pemerintah maupun swasta, diantaranya perusahaan-perusahaan berstatus Decacorn dan Unicorn.
“Jangan sampai digitalisasi yang dilakukan masih menggunakan back office di bangalore india. Kami minta Unicorn, Decacorn, memindahkan back office mereka di indonesia.” kata Airlangga.
Pembangunan dan pembaharuan infrastruktur baru tentu memerlukan sumber daya manusia yang memadai. Airlangga mengatakan, dibutuhkan 600 ribu digital talent setiap tahun, maka dalam 15 tahun ada 9 juta tenaga kerja terserap dari bidang ini. “SDM penting, jangan sampai market besar, namun yang memanfaatkan diluar Indonesia,” tegas Airlangga Hartarto.(har)
Be First to Comment