JAKARTA, NP – Menteri Pertanian (Mentan) RI Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengingatkan, industri peternakan memasuki era baru yaitu era industri 4.0 yang menggunakan lebih banyak teknologi. Tren industri 4.0 ini menuntut perubahan yang dilakukan oleh setiap industri salah satunya bisnis peternakan.
“Kehadiran revolusi industri 4.0 pada sektor peternakan memiliki manfaat berupa perbaikan produktivitas, mendorong pertumbuhan pendapatan dan peningkatan kebutuhan tenaga terampil,” ujar Mentan SYL pada acara peresmian Pabrik Pakan PT Cahaya Mario di Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu (29/12/2021).
Ia berharap, ke depannya lebih banyak lagi pabrik peternakan yang mulai mengembangkan industri 4.0 dari mulai hulu sampai hilirnya. Menurutnya, hal kni bisa menjadi momentum untuk bisa bersaing dengan negara maju karena Indonesia sejatinya memiliki sumber daya yang cukup.
“Ini bagus, saya berharap dijadikan sebagai super proiritas. Karena bangsa ini butuh kita dan dibutuhkan oleh bangsa luar, kenapa kita ambil dari bangsa lain padahal kita kuat dan punya segalanya,” papar dia.
Mentan SYL menyampaikan, kunci dari kesuksesan dalam memasuki era revolusi industri 4.0 adalah pencapaian efisiensi dan produktivitas. Revolusi industri 4.0 ini akan lebih dahulu merambah bisnis perunggasan, utamanya bisnis pakan yang merupakan bagian dari bisnis perunggasan.
“Maka dari itu, industri pakan harus mampu dan siap menyesuaikan diri dengan kemajuan tersebut,” ucap Mentan SYL.
Berdasarkan survei Altech Global Feed Survey, selama tahun 2021 pertumbuhan produksi pakan secara global diperkirakan hanya sebesar 1%, dengan jumlah produksi mencapai 1.187,7 juta metrik ton.
Survei ini menunjukkan bahwa pandemi covid-19 telah mempengaruhi tingkat produksi pakan secara global. Selain itu, pandemi covid-19 juga ternyata mempengaruhi bisnis secara global dengan berkembangnya e-commerce, yaitu bisnis pakan melalui online.
Di sisi lain, Mentan SYL menyebutkan, situasi saat ini khususnya di Indonesia pakan merupakan komponen terbesar dalam usaha budidaya ternak, khususnya unggas. Ada sekitar 60-70% dari keseluruhan biaya produksi.
Contohnya, sepanjang tahun 2020 produksi pakan nasional mencapai 18,9 juta ton dan pada tahun 2021 diperkirakan mencapai 19,8 juta ton atau diproyeksikan produksi pakan akan tumbuh 4,8 %. Dari jumlah 19,8 juta ton tersebut, sekitar 90% diserap oleh industri perunggasan.
“Kendati demikian, karena masih terdapat 35% komponen impor dalam produksi pakan, maka harga pakan relatif rentan terhadap perubahan harga international serta perubahan nilai tukar rupiah,” imbuh Mentan SYL.
Jika mengacu kepada data Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), total pabrik pakan di Indonesia berjumlah 92 pabrik dengan kapasitas terpasang 24.260 juta ton. Tercatat sentra produksi pakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Lampung dan Sumatera Barat.
*Kementan Resmikan Pabrik Pakan di Sulawesi Selatan*
Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo (SYL) didampingi Dirjen PKH dan Eselon I Kementan telah meresmikan Pabrik Pakan PT Cahaya Mario di Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan pada Rabu (29/12) kemarin. Ia mengapresiasi langkah PT Cahaya Mario yang mengambil peluang usaha di industri pakan ini karena bisa menghadirkan efek positif lainnya.
“Industri pakan ini masih potensial, maka dapat menciptakan iklim persaingan yang sehat, menjadi mitra terpercaya buat para peternak sehingga peternak dapat meningkat kesejahteraannya,” ujar Mentan SYL.
“Serta yang terpenting adalah pabrik ini dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat sekitarnya diantaranya petani jagung,” sambungnya.
Mentan SYL mengaku bangga dan senang dengan adanya kegiatan ini. Untuk itu, ia meminta pemerintah daerah setempat untuk mendukung agar Pabrik Pakan PT Cahaya Mario bisa lebih maju dalam waktu dekat.
“Kapasitas produksi pakan PT. Cahaya Mario sebesar 10 ton/jam. Dengan produksi ini diharapkan pakan jadi lebih murah dan bermutu. Ayo Pemda harus back-up, kita jadikan lebih sempurna lagi,” beber dia.
Seiring dengan peningkatan permintaan penyediaan daging ayam ras, peningkatan konsumsi dan perbaikan ekonomi, maka meningkat pula permintaan akan pakan. Sehingga industri pakan memang masih memiliki potensi dan peluang untuk dapat berkembang.
Namun, di sisi lain industri pakan tidak lepas dari tantangan. Misalnya, kelangsungan industri pakan 80%-nya sangat tergantung pada ketersediaan bahan pakan baik dalam jumlah, jenis, kualitas dan kontinuitasnya. Apalagi, bahan pakan yang digunakan untuk memproduksi pakan, sebesar 65% berasal dari bahan pakan lokal dan 35% impor.
Meningkatnya permintaan pakan ternak memang sering kali terkait dengan peningkatan kebutuhan akan jagung untuk pakan, lantaran jagung merupakan komponen utama dalam pakan unggas. Hampir 50% komponen pakan unggas adalah jagung sehingga setiap perubahan harga jagung sangat berpengaruh terhadap harga pakan.
Kemudian, persoalan biaya logistik yang tinggi untuk mendatangkan bahan pakan khusunya jagung, perubahan pola tanam dan iklim serta kebijkan pakan bebas antibiotok growth promoters (AGP).
“Semua hal tersebut adalah tantangan yang perlu dihadapi oleh insdustri pakan,” jelas Mentan SYL.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah mengatakan akan memfasilitasi dan terus memberikan dukungan dari segi teknologi maupun kebijakan. Misalnya dengan melakukan koordinasi dengan semua pihak untuk menjamin keberlangsungan industri pakan ternak.
“Karena ini sesuai dengan upaya kita mewujudkan Kemandirian dan Ketahanan serta Keamanan Pakan Nasional. Ayo wujudkan pertanian Maju, Mandiri dan Modern,” tutur Nasrullah.(rilis)
Be First to Comment