Kesekian Kalinya, Prof. Satyanegara Terima Penghargaan di Bidang Ilmu Kedokteran
By redaksi on 23/03/2025
Social Media Share
Ketua IDI wilayah Banten, Dr. Darmawan M Sophian, Sp. M(K) menyematkan penghargaan Adi Satya Utama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Alam Sutera, Tangerang Selatan (Tangsel) Banten kepada tiga orang dokter, termasuk Prof. DR. Dr. Satyanegara, Sp.BS.(Ist)
BANTEN, NP – Dedikasinya dalam penelitian dan pengembangan teknologi kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan tak kenal lelah.
Acara pemberian penghargaan Adi Satya Utama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Alam Sutera, Tangerang Selatan (Tangsel) Banten kepada tiga orang dokter, termasuk Prof. DR. Dr. Satyanegara, Sp.BS berlangsung penuh kekeluargaan dan keakraban. Dihadiri oleh sekitar 60 orang anggota dan praktisi medis. Prof. Satyanegara mengaku, bahwa panitia sudah mengirimkan undangan beberapa hari sebelumnya untuk pemberian penghargaan dan buka puasa bersama (bukber) pengurus IDI cabang se-Banten, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI), Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp) dan keseminatan.
“Acara utamanya, seolah-olah undangan bukber, tapi mendadak (berubah). Dua hari sebelumya, saya sudah diberitahu ketua IDI, bahwa ada penghargaan. Kalau di Indonesia, tanda kehormatan yang diberikan Pemerintah, ada Satyalancana Karya Satya, Bintang Mahaputera. Penghargaan Adi Satya Utama mungkin tingkatannya sama,” kata Prof. Satyanegara kepada Redaksi, di Alam Sutera, Tangsel, Banten, Sabtu (22/3/2025).
Penghargaan IDI bukan pertama kalinya. Sebelumnya, Prof. Satyanegara sudah pernah menerima penghargaan untuk bidang kedokteran dari Achmad Bakrie Award tahun 2011.(Ist)
Sebelum bukber, ketua IDI wilayah Banten menyosialisasikan hasil Muktamar IDI XXXII tahun 2025, yang dilaksanakan di Kota Mataram, Lombok (12-15 Februari tahun 2025). Sementara untuk rencana Muktamar 2028 mendatang, pengurus IDI Banten antusias agar penyelenggaraan berlangsung di Tangerang. Mengingat, wilayah Tangerang dan sekitarnya (Tangsel, Serang) sudah semakin banyak berdiri rumah-rumah sakit. IDI wilayah Banten mengaku siap untuk menjadi tuan rumah Muktamar 2028. Sehingga pengurus IDI Banten menyampaikan laporan hasil muktamar 2025.
“Kemarin, panitia membeberkan mengenai potensi dan prospek Banten untuk layanan medis dan perawatan. Tapi belum ada keputusan, mengenai rencana Banten sebagai penyelenggara Muktamar 2028 terealisasi,”imbuh Prof. Satyanegara.
Penghargaan IDI bukan pertama kalinya. Sebelumnya, Prof. Satyanegara sudah pernah menerima penghargaan untuk bidang kedokteran dari Achmad Bakrie Award tahun 2011. Penghargaan ini diberikan atas jasanya dalam menemukan protein dan antibodi spesifik untuk mematikan tumor. Penghargaan Achmad Bakrie untuk Tokoh dan Ilmuwan, untuk beberapa bidang antara lain pemikiran sosial, bidang sastra, bidang kedokteran, dan bidang sains.
Ketua umum IDI wilayah Banten Dr. Darmawan M Sophian, Sp. M(K) (kanan) dan Prof. Satyanegara berfoto bersama usai penyematan penghargaan Adi Satya Utama IDI di Alam Sutera, Tangerang Selatan Banten.(Ist)
“Tapi keduanya (penghargaan IDI dan Bakrie Award) berbeda. Penghargaan IDI, seolah-olah mengenai pengabdian profesi dokter kepada masyarakat. kalau Bakrie Award, karena gelar Doktor atau S3 (yakni) spesialis kajian imunologi tumor otak. Sebelumnya (kajian Prof. Satyanegara), belum jelas dan belum ada keterangan mengenai tumor otak yang ganas dan tidak ganas. Kami menemukan protein dan antibodi spesifik tumor otak yang dapat menghambat pertumbuhan dan memusnahkan sel-sel tumor,”ujar Prof. Satyanegara.
Pada acara penghargaan IDI, Prof. Satyanegara didampingi asisten merangkap sekretarisnya, duduk di depan bersama ketua, wakil ketua dan jajaran pengurus IDI Banten. Sewaktu ketua dan pengurus masing-masing memberi penjelasan dan sepatah dua patah kata, Prof. Satyanegara mendengarkan sambil berpikir mengenai kemungkinan adanya sesi tanya jawab dan wawancara.
“Saya sambil berpikir, mempersiapkan kalau ada pertanyaan. Ternyata tidak ada pertanyaan yang rumit. Selain, mungkin sebagian besar pengurus juga sedang berpuasa. Sehingga kondisi mereka juga tidak terlalu fit untuk memberi penjelasan panjang lebar,”tutup Prof. Satyanegara.(Liu)
Be First to Comment