Prof. Satyanegara (ke 4 dari kanan) dan SD Darmono (ke 4 dari kiri) bersama para undangan acara pengukuhan/pengangkatannya sebagai Chairman Board of Trustee Fakultas Kedokteran President University, Jababeka.(Foto:Ist)
JAKARTA, NP – Dokter Spesialis Bedah Saraf, Prof. Satyanegara menilai ajakan bergabung mendirikan teaching and research hospital di Jababeka Cikarang, Jawa Barat sebagai peningkatan motivasi khususnya bidang kesehatan, menciptakan manusia yang sehat, produktif termasuk dengan memanfaatkan bioteknologi modern.
Prof. Satyanegara bahkan mengutip kata-kata mutiara terbaik untuk pembangunan research hospital, yakni tekad keras, gigih serta tidak takut menghadapi segala kesulitan.
“Baru sekitar setengah bulan yang lalu, saya bertanya-tanya mengapa (chairman & founder Jababeka) mau ketemu saya? Ternyata, (pertemuan dan pembahasan rencana pembangunan research hospital) semakin membangkitkan semangat saya, seperti quotes filosofi (Tiongkok) Yi Kung Yi San,” kata Prof. Satyanegara pada Kuliah Umumnya di Theater Fakultas Kedokteran President University, Jababeka, dalam rilis tertulis, Sabtu (2/3/2024).
Ia menguraikan filosofi tersebut, Yi Kung Yi San menggambarkan seseorang yang bertekad keras dan gigih, serta tidak takut menghadapi segala kesulitan. Filosofi tersebut dengan narasi sejarah seorang kakek tua yang sebelumnya dianggap bodoh oleh sekelilingnya. Kakek tersebut bertekad memindahkan gunung, mengingat dia tinggal di desa yang miskin. Sementara di balik gunung, ada desa yang kaya dan makmur. Mengapa desa yang miskin terletak di sebelah gunung? Si kakek bertekad meratakan gunung. Makna pemikirannya, sikap kakek tersebut tekad dan gigih, tidak takut menghadapi kesulitan sampai idenya dianggap bodoh oleh orang-orang di desanya.

“Sama seperti pak Darmono ( Chairman & founder Jababeka) punya ide dan tekad membangun Jababeka medical city . Ide (rencana pembangunan research hospital) ini terlalu luas bagi saya. Selama ini (kontribusi saya) pada rumah-rumah sakit (Mayapada hospital, Rumah Sakit PIK/Pantai Indah Kapuk, Tzu Chi hospital, dll) sudah jadi (pembangunan fisiknya) dan saya tinggal mengelola orangnya saja. pak Darmono, ibaratnya seorang kakek yang pintar (pada narasi sejarah Tiongkok) bikin pekerjaan di luar dugaan saya. Research hospital dengan bioteknologi,” jelas Prof. Satyanegara.
Menurut dia, dampak positif yang dapat dirasakan dengan adanya bioteknologi modern di antaranya, yaitu pencegahan penularan penyakit, ilmu kesehatan semakin berkembang, kemudahan akses Kesehatan, penemuan obat untuk penyakit berbahaya. Pemanfaatan bioteknologi di bidang kedokteran antara lain untuk rekayasa genetika, pembuatan hormon insulin, cloning, pembuatan antibiotic, pembuatan vaksin, teknologi plasmid, rekombinasi DNA, fusi sel atau hibridoma, antibodi monoklonal, sel punca, dan lain-lain.
“Pembangunan research hospital) sebagai ide pak Darmono juga mengingatkan saya pada filosofi Jawa milik orde Baru. Waktu saya mendampingi Presiden Soeharto, 1972 – 2008, filosofi Jawa tersebut pernah diungkapkan berkali-kali, bunyinya ‘ Ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan, ojo aleman’ (Jangan mudah terheran-heran; jangan mudah menyesal; jangan mudah terkejut-kejut; jangan mudah kolokan atau manja). Filosofi Jawa, kutipan terbaik untuk pak Darmono dan Tim nya, pak Sigit Samsu (CEO Berkah Maju Sejahtera/Aerostar Jet Aviation, exclusive Air Charter Provider) yang meningkatkan semangat saya,” ujar Prof. Satyanegara di depan para undangan; Eka Tjandranegara/Tjan Kok Hui (Mulia group), Iwan Brasali (Group Metropolitan Development), dll.
Eka Tjandranegara dan Iwan Brasali juga ikut mendirikan Jababeka dan masih menyumbangkan tenaga serta pemikiran untuk kemajuan Jababeka termasuk pembangunan research hospital Jababeka. Putra-putri pendiri Jababeka lain, yang sudah meninggal dan kondisinya (kesehatan) sudah tidak fit , tidak hadir pada acara pengukuhan Prof. Satyanegara sebagai Chairman.(red)
Be First to Comment