H. Albiner Sitompul. (Foto: red)
JAKARTA, NP – Dewan Pimpinan Pusat Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) mengusulkan Tuan Syekh Ibrahim Sitompul sebagai Pahlawan Nasional dari tokoh Batak Muslim.
“Semasa perjuangannya, Tuan Syekh Ibrahim Sitompul harus melawan Pemerintah Hindia Belanda, karena dilarang ikut serta dalam Pemilihan Kepala Nagari. Tuan Syekh Ibrahim Sitompul terus gigih berjuang melawan intimidasi dan membangun demokrasi, selaku Presiden Serikat Islam, yang di dasari Dalihan Na Tolu di Residen Tapanuli,”kata Ketua Umum DPP JBMI H. Albiner Sitompul dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang mengangkat tema ”Menuju Peradaban Demokrasi Indonesia” di Kantor Sekretariat JBMI di Jakarta, Senin (19/10/2020).
“DPP JBMI telah mengajukan Tuan Syekh Ibrahim Sitompul menjadi Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia secara berjenjang ke Bupati Tapanuli Utara, tempat daerah perjuangan Tuan Syekh Ibrahim Sitompul (diriwayatkan dalam Buku Perjalanan Sufi Tanah Batak Dalam Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia), “tambah H. Albiner.
Pada kesempatan tersebut JBMI juga mengusulkan agar Ibu Dr (HC) Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri ditetapkan menjadi Pahlawan Demokrasi Indonesia.
“Kami akan mengajukan Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Pahlawan Demokrasi pada Selasa, 20 Oktober 2020 ke Kementerian Sosial RI dalam rangka menyambut Hari Pahlawan 10 November,” kata H. Albiner.
Albiner mengungkapkan, Megawati Soekarnoputri adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001 sampai 20 Oktober 2004. “Presiden wanita pertama Indonesia ini adalah putri dari presiden pertama Indonesia, Soekarno. Megawati kalah suara dari Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pemilu Presiden 2004 putaran yang kedua,”imbuhnya.
Menurut H. Albiner Sitompul, setidaknya ada dua alasan mengapa pihak DPP JBMI mengusulkan Megawati Soekarnoputri ditetapkan menjadi Pahlawan Demokrasi Indonesia.
Alasan Pertama, Megawati adalah Presiden RI yang pertamakali menyelenggarakan Pemilu Presiden secara langsung.
“Ketika menjadi Presiden RI kelima, pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia. Dalam masa pemerintahannya, pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan dan secara umum merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Padahal bisa saja dia melakukan pemilihan presiden itu melalui Sidang Umum MPR. Tetapi Megawati mendengar suara rakyat, sehingga menggelar pemilihan presiden secara langsung,” katanya.
Alasan kedua, sebelum menjadi Presiden RI, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati adalah orang pertama melawan pemerintahan otoriter di negeri ini yakni masa Orde Baru. “Megawati tidak pernah mundur melawan pemerintahan otoriter. Itu syarat untuk disebut sebagai pahlawan,” katanya.
Pada acara Focus Group Discussion (FGD) yang mengangkat tema ”Menuju Peradaban Demokrasi Indonesia” ditampilkan dua pembicara yakni Dr Haryadi MA (Dosen Ilmu Politik FISIP Unair) dan Dr Muryanto Amin M. Si (Dekan FISIP USU). (red)
Be First to Comment