Dalam pameran yang bertajuk ‘Irama Baru Jalur Sutra Maritim’ ini menampilkan kurang lebih 80 karya dari sekitar 50 seniman asal China.(ist)
JAKARTA, NP – Pameran seni tradisional China oleh Shanghai Art Collection Museum yang bekerja sama dengan Indonesia Heritage Agency (IHA) di Galeri Nasional (6 September – 7 Oktober), menyedot perhatian pengunjung. Apalagi pameran ini tentunya bakal memperkaya khazanah budaya bangsa dari suatu negara.
Diketahui sebelumnya juga dipamerkan group dan pecinta seni dari Jepang dan Korea. Beberapa bulan yang lalu, seniman Jepang memamerkan ragam keindahan seni boneka. Sementara Korea juga serupa tapi tak sama, yakni ragam keindahan seni keramik.
“Banyak masyarakat yang tertarik, dari dalam dan luar negeri. Kendatipun baru kali ini (per 6 September) pameran berbayar di Galeri Nasional, tidak mengurangi antusiasme masyarakat dan turis asing melihat berbagai karya seniman Shanghai,” pemandu pameran Nunik mengatakan kepada Redaksi, Jumat (13/9/2024).
Bertempat di Gedung D Galeri Nasional Indonesia, pameran seni yang memamerkan ragam keindahan seni asal Negeri Tirai Bambu ini menarik perhatian pengunjung dari berbagai latarbelakang termasuk pengusaha, politisi. Dalam pameran yang bertajuk ‘Irama Baru Jalur Sutra Maritim’ ini menampilkan kurang lebih 80 karya kontemporer dari sekitar 50 seniman asal China.
“Beberapa bulan yang lalu, group seniman Jepang memamerkan ragam keindahan seni boneka. Korea juga, tapi seni keramik. Sekarang, Shanghai China ibaratnya ingin menyetarakan karya seninya di Galeri Nasional dengan ragam keindahan seni sulaman, seni potong kertas (Paper cutting ) dan lain sebagainya,” kata Nunik.
Indonesia khususnya Galeri Nasional menjadi titik keempat diselenggarakan pameran ini. Tujuan dari pameran ini menurutnya untuk memperkenalkan lebih luas lagi seni asli yang berangkat dari tradisi di sana, dan kali ini (6/9 – 7/10) datang dari group seniman Shanghai.
“Tapi sebagai perbandingan seni sulaman dengan Indonesia, (karya Shanghai) berbeda. Di Indonesia, ada seni sulaman. Seperti istrinya Affandi Koesoema (18 Mei 1907 – 23 Mei 1990; pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia), dia menyulam. Tapi karyanya beda dengan sulaman Shanghai,” kata Nunik.
Sekelebat, seni sulaman Shanghai seperti yang dibuat dari sapuan kuas karya kaligrafi atau Shufa China. Tapi sesungguhnya, karya yang dipamerkan di Galeri Nasional dibuat dari sulaman. Bahan-bahan untuk sulaman terutama dari benang dengan media sulk (kain sutra), kertas khusus dan lain sebagainya. Karya seni potong kertas ( Paper cutting ) Shanghai mungkin tidak terlalu beda jauh dengan Indonesia. Tapi popularitas papercutting Shanghai jauh lebih daripada Indonesia. Ibaratnya, seni paper cutting sudah menjadi bagian keseharian masyarakat di Shanghai.
“Di Indonesia, hampir tidak ada seniman yang memamerkan karya paper cutting. Kalau di Shanghai atau sekitarnya, paper cutting merupakan salah satu kegiatan kesenian yang populer. Karya sulaman dan paper cutting dipamerkan dari seniman-seniman yang berbeda, tapi satu group Shanghai,” tutup Nunik.(Liu)
Be First to Comment