AMBON, NP – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan fenomena terdamparnya ikan hidup di kawasan Pantai Liang Salahutu, Maluku Tengah, Provinsi Maluku bukan akibat gejala bencana alam.
Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (Balai KIPM) Ambon, Ashari Syarief seperti dikutip dari rilis KKP, memaparkan, peristiwa tersebut sudah yang ketiga selama bulan Maret 2020.
“Hasil Investigasi dan identifkasi tim BKIPM Ambon, menemukan fakta kejadian ini bukan merupakan hal yang baru, tetapi sering terjadi setiap tahun, bahkan pada bulan ini sudah 3 kali kejadian dengan lokasi yang sama,” kata Ashari, Kamis (19/3/2020).
Adapun lokasi yang dimaksud ialah area pantai sekitar dermaga pelabuhan ASDP di Pantai Liang. Ashari menambahkan, penyebab ikan terdampar lantaran adanya peredator dari jenis ikan Kuwe (Caranx sp) atau Bubara (bahasa Ambon) dan ikan Barracuda (Sphyraena barracuda) yang melakukan aktifitas predasi (mencari makan) di area perairan tersebut.
“Kedua jenis ikan ini merupakan pemangsa dominan yang sering di temukan nelayan atau pemancing dan selalu memangsa ikan pelagis kecil di sepanjang pantai Hunimua Desa Liang,” sambungnya.
Tak hanya itu, Balai KIPM Ambon juga berkoordinasi dengan Satgas TNI AL untuk mencari kemungkinan lain. Hasilnya tidak ditemukan adanya bahan peledak atau racun di sekitar lokasi. Total ikan yang terdampar juga tak sampai 1.000 ekor.
“Tidak sampai 1.000 ekor. Ini disebabkan oleh aktiflvitas ikan bubara yang mengejar ikan (memangsa) ikan pelagis di kawasan tersebut sehingga lari dan terdampar kedarat, tidak ada kejadian penyebab lain,” jelasnya.
Sementara faktor lain yang membuat ikan terdampar di pesisir ialah terjadinya air pasang tertinggi atau di atas rata – rata.
Sebelumnya, fenomena ikan hidup terdampar di pantai Maluku Tengah, terjadi sejak Minggu (15/3) lalu. Warga pun melapor ke Balai KIPM Ambon lantaran khawatir akan adanya bencana. Terlebih Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, merupakan daerah yang terdampak cukup parah saat gempa bumi Oktober 2019 lalu.(red)
Be First to Comment