BEKASI, NP- Keberagaman Kota Bekasi yang dinobatkan sebagai kota harmoni (toleran) terbaik kedua se-Indonesia, tak hanya menjadi perbincangan nasional namun juga di kalangan internasional. Salah satunya adalah Yukako, peneliti dari Tokyo University of Foreign Studies.
Bersama akademisi lain, Cie, dosen musik tradisional dari Jepang, mereka secara khusus menghadiri ritual Pengerupukan di Kampung Bali Bekasi (KBB), pada Jumat, (28/3/2025).
Menurut keterangan dari Wakil Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) KBB, Ketut Budiasa, ritual Pengerupukan atau Ngerupuk merupakan kegiatan yang rutin dilakukan di lingkungannya. Tepatnya sehari menjelang Hari Raya Nyepi, setiap tahun.
“Pengerupukan merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1947, esensinya menetralisir (menyeimbangkan) kekuatan semesta,” ungkap Budiasa.
Budiasa menambahkan, kegiatan Ngerupuk ini melibatkan warga Kampung Bali Bekasi mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua. Ketika hari memasuki malam (Sandhya Kala) mereka berbondong-bondong membawa obor atau prakpak dan kentongan. Selain itu, warga juga memainkan musik Baleganjur khas Bali.
Saat Ngerupuk, beberapa perlengkapan ritual turut digunakan, seperti ogoh-ogoh mini, sapu lidi, bambu, nasi caru, tirta caru, dan tirta amrta. Tampilnya berbagai elemen tersebut menambah keunikan prosesi dan menggambarkan kekayaan tradisi Hindu Bali yang tetap lestari meski berada di perantauan.
Harmoni Budaya di Kampung Bali Bekasi
Sementara itu, sebagai seorang peneliti, Yukako mengaku kagum dengan bagaimana masyarakat Bali di Bekasi tetap menjaga tradisi dan budayanya di tengah kehidupan urban yang modern.
Kehadirannya bukan hanya sebagai pengamat, tetapi juga sebagai bagian dari penelitian yang tengah ia susun. Dosen Tokyo University of Foreign Studies tersebut mengaku akan menulis buku tentang kehidupan warga Bali yang tinggal di Jakarta, Bekasi, termasuk di Kampung Bali Bekasi.
“Ini adalah pengalaman luar biasa, saya sangat senang. Saya kagum melihat bagaimana tradisi Bali dapat bertahan dan beradaptasi, menyatu di lingkungan yang berbeda, ini unik banget,” ujar Yukako.
Hal senada diungkapkan oleh Cie, Ia mengaku sudah pernah ke Bali dua kali, namun tak pernah berpikir bisa merasakan adanya Bali di Jakarta dan sekitarnya.
“Dua hari lagi saya akan kembali ke Jepang, setelah menyelesaikan urusan kerja sama kampus di beberapa kota di Indonesia, dan hari ini luar biasa pengalaman di Kampung Bali Bekasi, saya terkesan merasa seperti sedang ada di Bali,” ungkap Cie, dosen musik tradisional Jepang.
Selain akademisi dari Jepang, acara sakral Pengerupukan di KBB juga didokumentasikan oleh mahasiswa dari beberapa kampus untuk kepentingan penelitian dan penulisan tugas akhir. Diantaranya, Nur Safitri, Mahasiswi Antropologi Budaya dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Elbitta Fatima, Mahasiswi Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dan Rangga Putra Segara, Mahasiswa Ilmu Komunikasi STIKOM Inter Studi Jakarta.
Turut hadir dalam acara ini Ketua RT. 11, Ibu Puji Lestari, serta perwakilan keamanan setempat seperti Babinsa dan Babinkamtibmas Kelurahan Harapan Jaya. Kehadiran mereka menegaskan dukungan masyarakat terhadap keberlangsungan tradisi adi luhung warisan nusantara serta memastikan jalannya ritual tetap aman dan tertib.
Pesona Kampung Bali Bekasi
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Pokdarwis KBB, I Wayan Widana, memaparkan tentang pesona Kampung Bali Bekasi (KBB). Menempati lokasi di Kavling Harapan Kita, RT. 11, RW. 09, Jalan Merpati Bali, Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi. KBB memiliki sejarah yang menarik.
Sejak tahun 1986, kawasan ini mulai dihuni oleh tiga keluarga Bali, yaitu I Ketut Kana, I Made Suma, dan I Wayan Widana atas rekomendasi dari Alm. I Ketut Konek. Keberadaan mereka menjadi cikal bakal berkembangnya komunitas Hindu Bali di daerah ini.
Pada tahun 1990-an, jumlah warga Bali di Kampung ini semakin bertambah berkat sistem rekomendasi dari mulut ke mulut. Kini warga Bali berjumlah 20 KK (Kepala Keluarga) dari total 64 KK di RT. 11. Mayoritas dari mereka memiliki latar belakang sebagai seniman. Oleh karena itu, mereka kerap mendapat kepercayaan untuk mengisi berbagai acara seni dan budaya di lingkungan sekitar.
Bahkan, nama Jalan Merpati 21 terkenal dengan sebutan Merpati Bali. Ini karena seringnya warga Bali berjalan kaki atau menaiki becak dengan pakaian adat Bali saat beribadah ke Pura.
Turut menambahkan, I Wayan Agus Sumarjaya selaku Sekretaris Pokdarwis KBB mengatakan, Pada 6 September 2020, atas informasi yang disampaikan kepada Pemerintah Kota Bekasi oleh Isma Yusliyanti (Sekretaris Kelurahan Harapan Jaya saat itu), Wakil Wali Kota Bekasi saat itu, Tri Adhianto (yang kini menjadi Wali Kota) beserta jajarannya, bersama tim media, mengunjungi Kampung Bali Bekasi untuk pertama kalinya. Sejak saat itu, kampung tersebut diberi nama Kampung Bali Bekasi, kemudian dikenal luas dan dipromosikan sebagai calon destinasi wisata budaya baru di Bekasi.
Keberadaan Kampung Bali Bekasi sudah pernah mendapatkan kunjungan dari Sekretaris Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Wayan Giri Adnyani. Kemudian, Gubernur Jawa Barat periode sebelumnya, Ridwan Kamil, Anggota DPRD Kota Bekasi Eni Widhiastuti, Pangdam Jaya saat itu, Mayjen TNI Untung Budiharjo, hingga Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama, I Nengah Duijaujar Wayan Agus.
Serupa, sebagai bentuk dukungannya, Kodim 0507/Bekasi memberi julukan Kampung Pancasila Bernuansa Balikepada Kampung Bali Bekasi. Sedangkan Polres Bekasi menamakannya sebagai Kampung Tangguh.
Julukan ini diberikan karena masyarakatnya dinilai berhasil menjaga harmoni. Wujudkan toleransi antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari,pungkas Wayan Agus.
Destinasi Wisata Edukasi dan Budaya
Merespon antusiasme Yukako dan Cie dari Jepang, serta kehadiran mahasiswa tingkat akhir dari berbagai kampus ternama di Indonesia, membuat akademisi warga Hindu Bali dari Bekasi ikut angkat bicara. Dosen manajemen yang juga Analis Ahli Madya dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), I Dewa Gede, menyebutnya sebagai momentum KBB untuk semakin maju.
Dalam keterangannya pada Selasa, (1/4/2025) Dewa menilai keberadaan KBB dapat menjadi alternatif destinasi wisata edukasi dan budaya. Apalagi di tengah kebijakan dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, agar outing class dilakukan di dalam kota di wilayah Jawa Barat dan bertujuan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal di Provinsi Jawa Barat.
Adanya apresiasi dari kalangan internasional, menempatkan Kampung Bali Bekasi layak menjadi destinasi wisata edukasi. Baik bagi anak-anak sekolah di Bekasi Raya maupun Jawa Barat, untuk outing class atau study tour. Siswa-siswa yang mengunjungi KBB bisa mendapatkan pengalaman seperti berkunjung ke Pulau Dewata, Bali,ujar Dewa.
Aktivis organisasi keagamaan Hindu di Kota Bekasi tersebut menggaris-bawahi perlunya dukungan pemimpin daerah. Baik itu dari Wali Kota maupun Gubernur Jawa Barat memberikan dukungan nyata.
Dewa menambahkan, fasilitas dari pemerintah akan menjadi daya dukung dari potensi wisata budaya dan wisata edukasi. Ia menyebut seperti keberadaan tempat parkir. Tidak kalah pentingnya menghadirkan store untuk berjualan pernak-pernik khas Bali dan khas lokal Bekasi serta khas nusantara lainnya.
“Dengan dukungan pemerintah, KBB berpotensi untuk berkembang. Pengunjung tak hanya bisa melihat suasana ala Bali seperti hiasan dan suguhan budaya lainnya. Namun para wisatawan dalam hal ini anak-anak sekolah bisa ikut merasakan. Ikut terjun praktik bagaimana cara mejejahitan (menghias janur khas Bali), workshop tari Bali, dan bahkan suasana belanja oleh-oleh persis seperti di Bali,” imbuh Dewa.
Hal lain menurut Dewa, selain bermanfaat bagi generasi muda dalam memahami keberagaman dan mencintai budaya nusantara, jika pemerintah daerah serius menggarap potensi KKB, tentu bisa memunculkan efek multiplier yang berdampak bagi pertumbuhan UMKM dan perekonomian masyarakat setempat.(har)
Be First to Comment