JAKARTA, NP – Kerjasama antara Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Asosiasi Inventor Indonesia (AII) akan mendukung pembangunan industri kelapa sawit nasional yang tangguh di pasar global.
“Kerjasama ini akan mempercepat hilirisasi hasil riset, terutama berupa teknologi yang dibiayai oleh BPDPKS untuk secara cepat dan luas dimanfaatkan oleh industri,”kata Ketua Umum AII, Prof Didiek Hadjar Goenadi, pada konferensi pers Kegiatan Valuasi dan Komersialisasi Teknologi Hasil Riset Kelapa Sawit di Jakarta, Selasa (2/7/2024).
Dirinya mengungkapkan, kerjasama yang sedang berlangsung saat ini (Maret 2024-Februari 2025) adalah kerjasama tahap 3 untuk melakukan valuasi dan komersialisasi teknologi 88 hasil riset GRS 2021-2023. Dari hasil proses seleksi awal terhadap 88 invensi oleh Tim Ahli Internal AII diperoleh 41 invensi yang layak.
“Dari total 41 invensi terseleksi tersebut, Tim Internal AII melakukan proses valuasi lebih lanjut dan menyimpulkan bahwa hanya 24 invensi saja yang layak divaluasi lebih lanjut. Pendalaman terhadap 24 invensi tersebut telah dilakukan dengan melakukan diskusi bersama 24 inventor untuk memaparkan hasil risetnya kepada Tim Ahli AII, dan diperoleh 16 invensi yang lolos dengan kesiapan teknologinya, keekonomian yang cukup tinggi dan siap komersialisasi serta TRL >=7, dimana 8 invensi lainnya, dinyatakan belum siap komersialisasi,”papar Didiek.
Menurut Didiek, kerjasama antara pihak BPDPKS dan pihak AII ini sejalan dengan salah satu misi AII, yaitu membantu inventor untuk mengatasi kendala/hambatan dalam komersialisasi invensinya. Disamping itu, memperkuat kemampuan inventor dan berinvensi, dan membekali inventor dengan kemampuan memasarkan invensinya.
“Misi ini dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan mulai dari valuasi hingga promosi kepada industri yang potensial dengan core business yang sesuai dengan jenis invensi yang dihasilkan oleh para inventor,”ujar Didiek.
Senada dengan itu, Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim mengatakan, kegiatan riset merupakan pondasi industri sawit yang dibutuhkan sebagai ujung tombak kebutuhan industri berbasis komoditas unggulan strategis nasional.
“Oleh karenanya kami membutuhkan alokasi dana yang besar yang mencukupi untuk penguatan aktivitas riset yang dapat dimanfaatkan nantinya semaksimal mungkin untuk mendukung pengembangan perkebunan dan industri sawit yang berkelanjutan. Untuk sektor hilir salah satunya adalah kerjasama dengan AII ini,”imbuh Zaid.
“Pada tahun ini kami berharap akan banyak hasil-hasil penelitian yang akan menjadi komersialisasi yang akan menjadi tujuan kita bersama. Dari tahun 2021-2023 sudah ada sekitar 24 yang sudah masuk ke tahap kerjasama dan ini sangat bagus. Hal itu bisa terus didorong kerjasama dengan para investor,”tutur Zaid.
Menurutnya, Indonesia adalah negara nyiur melambai. Kenapa? Karena hampir di seluruh tempat itu ada kelapa. Tapi seiring berjalan nya waktu, itu menurun. Pun Indonesia juga dikenal sebagai penghasil cengkeh. Namun nasibnya juga sama, menurun.
“Kita tidak berharap ini terjadi di sawit, makanya dari berbagai aspek dan sektor kita kuatkan, baik dari sektor hulu sampai hilir kita perlu kuatkan, sehingga keberlanjutan sawit Indonesia semakin terjaga dan Indonesia akan tetap menjadi produsen nomor 1(satu) di dunia terkait dengan produksi sawit ini,”ujar Zaid.(red)
Be First to Comment