Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K). (Foto:Ist)
JAKARTA , NP – Peran pria dalam ber KB memang sangat penting sekali untuk ditingkatkan karena peran pria dalam KB masih rendah dibawah 5 persen. BKKBN sudah banyak melatih dokter maupun kader motivator KB pria, namun ternyata dari yang sudah dilatih mungkin hanya sedikit yang mau konsisten bekerja meningkatkan KB Pria atau vasektomi. Demikian diungkapkan Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) pada pembukaan Webinar Suami Hebat Untuk Keluarga Sehat, Senin, (21/06/2021).
Menurut Hasto, untuk meningkatkan kesertaan ber KB pria perlu dilakukan terobosan atau inovasi dari seseorang atau kita untuk bisa meningkatkan akseptor KB Pria. Misalnya penggunaan kondom agar bisa meningkat sekaligus juga dapat mencegah penyakit menular, inovasi Metode Operasi Pria (Vasektomi) sudah dilakukan oleh beberapa daerah dan Kepala Daerah dengan memberikan reward sejumlah uang atau penghargaan lainnya. Ini sudah menunjukan bahwa daerah mau mendukung dan mendorong peningkatan KB Pria, hanya perlu ada inovator yang bisa mengemas hal tersebut.
“Kerjasama BKKBN, perguruan tinggi, masyarakat dan swasta sangat penting dapat dijadikan kekuatan yang besar. Saya juga sampaikan terimakasih kepada para dokter dan motivator KB pria yang sudah mendukung sejak lama dan bekerja keras untuk KB pria,” tambah Hasto.
Menurut data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, kesertaan KB pria masih sangat rendah dengan persentase capaian KB kondom sebesar 2,5% dan vasektomi sebesar 0,2%. Sementara data Survei Kinerja dan Akuntabilias Program (SKAP) KKBPK 2019 capaian KB kondom 3% dan vasektomi 0,2%.
Hal itu terjadi karena masih banyak keluarga yang beranggapan bahwa KB adalah urusan perempuan, masih rendahnya pengetahuan pria tentang KB pria, rumor yang beredar di masyarakat bahwa vasektomi adalah kebiri, dan pandangan sosial, budaya dan agama terhadap vasektomi menjadi tantangan dalam meningkatkan kesertaan KB Pria.
Hadir dalam Webinar Suami Hebat Untuk Keluarga Sehat diantaranya Dr. Widi Atmoko, Sp.U(K) (Perhimpunan Dokter Spesialis Urologi), Ahmad Zubaidi (Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat) dan Roslina Verauli, M.Si, Psi (Psikolog Klinis Anak, remaja dan Keluarga) dengan moderator Agus Rahmat Hidayat (co founder Ayah ASI). Webinar diikuti oleh masyarakat umum melalui Zoom dan kanal Youtube serta Facebook BKKBN.
Menjawab berbagai mitos tentang KB pria khususnya vasektomi, Dr. Widi Atmoko, Sp.U(K) menjelaskan, Vasektomi tidak sama dengan kebiri karena hanya memotong atau mengikat saluran sperma/vas deferens kanan dan kiri hal ini tidak mempengaruhi fungsi testis serta produksi testosterone tetap normal. Tindakan vasektomi tidak invasive dan mudah bahkan saat ini dilakukan tanpa mengunakan pisau sehingga tanpa sayatan, dilakukan cepat hanya sekitar 10-20 menit kompikasiny sangat ringan secara efektifitas dan efisiensi juga sangat tinggi,” jelas Widi Atmoko.
Lebih lanjut menjawab mitos yang beredar di masyarakat dokter Widi Atmoko menjelaskan bahwa vasektomi tidak meningkatkan berat badan karena tidak memiliki efek terhadap hormone testosterone. Vasektomi tidak menyebabkan penurunan libido atau hasrat seksual dan tidak mempengaruhi persyarafan sehingga tidak menyebabkan impotensi, tidak meningkatkan risiko kanker prostat. Keuntungan vasektomi murah, efektif, sederhana, reversible dan aman. Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang paling mudah, efektif dan aman.
Menjawab pandangan masyarakat terkait boleh tidaknya KB bagi pria H. Ahmad Zubaidi, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat menegaskan, “secara paradigmatik boleh, kenapa tidak karena pria merupakan bagian dari keluarga yang bertanggungjawab menjadikan keluarga yang sehat, sejahtera dan dalam islam pria dan perempuan memiliki derajat yang sama Vasektomi atau MOP (Metode Operasi Pria) secara hukum, Majelis ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tahun 2012 yang didalamnya mengungkapkan bahwa vasektomi dibolehkan untuk tujuan yang tidak menyalahi syariat,” tegas Ahmad Zubaidi.
Sementara itu dari sisi peningkatan peran pria dalam kehidupan keluarga Psikolog klinis anak, remaja dan keluarga Roslina Verauli mengungkapkan, pria harus mengambil perannya dalam keluarga sebagai suami dan ayah. Peran suami sama dengan peran isteri begitu juga peran ayah dan ibu yang sama hanya pendekatannya yang beda.
“Suami hebat adalah suami yang mampu menjalankan berbagai peran, didalam dan diluar rumah dengan menjadikan pasangannya sebagai partner dan keluarga menjadi teamwork,” ujar Roslina Verauli.
Dia lebih lanjut menyampaikan peran ayah selain ekonomi namun juga sebagai pelindung dan pengasuhan; mendukung tumbuh kembang dalam kegiatan bermain fisik; membangun kelekatan emosional sama seperti ibu; mengajarkan nilai-nilai kehidupan; turut berperan sebagai model peran gender maskulin bagi anak-anaknya. Menurut verauli tanpa kehadiran ayah akan berpengaruh pada nilai akademis anak yang lebih rendah, lebih sukar melakukan transisi dari sekolah ke dunia kerja; pada anak remaja perempuan akan cenderung memulai aktivitas seksual lebih dini. (RLS)
Be First to Comment