Press "Enter" to skip to content

Dato Sri Tahir Puji Prof. Satyanegara, Ahli Bedah Saraf yang Telah Menolong Ribuan Pasien

Social Media Share

Dato Sri Tahir (Ang Tjoen Ming) dari Mayapada Group menghadiri peluncuran buku Prof. Satyanegara (kiri) di Sheraton Grand, Gandaria City, Jakarta Selatan.(Foto: Liu)

JAKARTA, NP – Dato Sri Tahir, pebisnis ulung sekaligus salah satu pendiri Mayapada Group, mengaku sangat menghormati Prof. Satyanegara, ahli bedah saraf yang telah menolong ribuan pasien sejak kembali dari Jepang pada September 1972.

“Saya respect dengan beliau, yang punya keahlian di bidang bedah saraf dan sudah menolong ribuan orang, mungkin puluhan ribu,” kata Tahir di sela acara peluncuran buku Prof. Satyanegara berjudul Ilmu Kedokteran Masa Depan, di Jakarta, Senin (1/12/2025).

Acara tersebut juga dihadiri sejumlah tokoh, antara lain Pui Sudarto (pendiri PT Pulauintan Bajaperkasa Konstruksi), Sigit Samsu (Berkah Maju Sejahtera, Aerostarjet Aviation Exclusive Air Charter Provider), Budi Susilo Soepandji (mantan Gubernur Lemhanas), dan lainnya, bertepatan dengan perayaan HUT ke-87 Prof. Satyanegara.

Dharma, Prof. Satyanegara, dan Dato Sri Tahir (Ang Tjoen Ming), pemilik Mayapada Group, dalam acara peluncuran buku Ilmu Kedokteran Masa Depan di Jakarta, Senin (1/12/2025). (Foto: Liu)

“Produktivitas beliau luar biasa, tidak hanya membuka otak pasien, tapi juga menulis. Sangat menginspirasi,” kata investor dan filantropis ini.

Tahir mengenang saat salah satu sepupunya sakit yang melibatkan sistem saraf. “Otak sepupu saya dibuka untuk tindakan medis. Waktu itu kondisinya sudah koma dan kritis. Tapi berkat beliau, sepupu saya bisa sembuh. Kejadian tersebut sekitar 30 tahun lalu,” kenangnya.

Meski usianya tak muda lagi, Prof. Satyanegara tetap aktif menulis dan menerbitkan buku-buku medis. Kontribusinya di bidang kedokteran modern, khususnya bedah saraf, masih sangat dibutuhkan pasien.

Prof. Satyanegara (tengah) bersama tim penyusun buku dan dokter spesialis bedah saraf di Jakarta. (Foto: Liu)

Kilas balik ke masa Prof. Satyanegara mengelola manajemen RSPP pada 1980–1990-an, hingga dipercaya menjabat direktur (1988–1998), menunjukkan sosoknya yang tidak pernah berhenti berinovasi. Ia selalu berpikir keras bagaimana memberi petunjuk agar rumah sakit bisa dikelola dengan baik sekaligus memberi kesembuhan bagi pasien.

“Sekarang usianya 87 tahun, itu berkah karena beliau masih bisa memberi sumbangsih khususnya bagi kedokteran modern di Indonesia. Harapan saya pribadi, beliau bisa panjang umur sampai 120 tahun. Saya belum sempat baca bukunya yang baru diluncurkan, tapi nanti pasti saya baca,” kata pemilik nama Tionghoa Ang Tjoen Ming. (Liu)

 

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *