JAKARTA, NP – Hama tikus dan kecoa bisa mendiami dan beranak pinak dimana saja. Tak hanya di rumah atau di gudang, di kapal perang pun, hama tersebut bisa berkembang biak.
Dan hal ini bisa saja terjadi pada KRI Teluk Bintuni 520. Sehingga sebagai langkah upaya fumigasi harus dilakukan terhadap kapal perang jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yang sandar di Dermaga E Selatan, Ujung, Surabaya, Minggu (11/7).
Kepala Dinas Kesehatan Kolinlamil Letkol Laut (K) dr. Slamet Rahardja, Sp.B mengatakan kegiatan fumigasi bagian dari program kerja Diskes Kolinlamil yang diselengggarakan setiap triwulan.
Fumigasi dilakukan dengan skala prioritas pemeliharaan kapal perang dari serangan hama tikus, kecoa, lalat, laba-laba dan hama lainnya yang dapat merusak kelengkapan peralatan mengoperasikan kapal perang.
“Fumigasi ini juga dapat membasmi nyamuk DBD maupun jenis nyamuk anopheles yang bisa menyebabkan penyakit malaria yang mungkin bersarang di kapal perang,” jelas Kadiskes Kolinlamil.
Menurut Letkol Laut (K) dr. Slamet Rahardja, Sp.B, fumigasi ini diharapkan dapat menciptakan dan meningkatkan lingkungan sehat di dalam kapal perang, terutama bagi anak buah kapal selama melaksanakan kegiatan dan aktivitas di kapal perang dalam kegiatan operasi maupun selama di pangkalan.
“Untuk memperlancar pelaksanaan fumigasi, Komandan KRI Teluk Bintuni 520, memerintahkan seluruh prajuritnya membantu tim kesehatan agar pelaksanaan fumigasi berjalan lancar, efektif, dan aman,” terang Kadiskes.
Saluran, areal di kapal hingga ke pojok-pojok, setiap celah lubang yang ada, ditutup menggunakan bahan plastik dan kertas. Sedangkan lokasi terbuka dibantu dengan tiang-tiang penopang berupa kayu lalu ditutup lembaran plastik kaca, sehingga rongga-rongga udara yang keluar dapat diminimalisir hingga obat fumigasi dapat bekerja maksimal.
Menurut alumni Sepa PK TNI 2000 ini, hama yang berada di kapal perang dapat terbasmi tanpa ada yang lolos seperti tikus, kecoa, lalat dan laba-laba serta hama lainnya.
Pelaksanaan kegiatan fumigasi mulai dari penyemprotan/pengasapan sampai bekerjanya obat secara efektif dibutuhkan waktu sekitar 20 sampai 24 jam dengan kondisi ruang-ruang kapal perang tertutup rapat dengan menggunakan obat jenis Methyl Bromide 98 persen.
Selesai fumigasi, selanjutnya dilaksanakan pengeluaran asap yang mengandung obat tersebut dengan membuka ruang-ruang kapal dan dilaksanakan penyedot udara dengan menghidupkan blower/penyedot udara sampai dinyatakan kondisi aman dan sehat sesuai alat pengukur kesehatan.
Kegiatan fumigasi dilakukan di bawah pengawasan Letkol Laut (K) Rochim A.K. selaku perwira pengawas lapangan dalam pelaksanaan fumigasi Diskes Kolinlamil.
Sementara itu, Panglima Kolinlamil Laksda TNI Arsyad Abdullah disela-sela kegiatannya mengatakan pemeliharaan kesehatan lingkungan kapal perang dilingkungan Kolinlamil merupakan hal yang sangat penting dan sebuah keharusan untuk menjaga kesehatan lingkungan kerja para prajurit KRI yang juga merupakan tempat tinggal para prajurit selama melaksanakan tugas.
KRI Teluk Bintuni 520 merupakan salah satu kapal angkut tank di jajaran Kolinlamil yang sangat aktif mendukung pergeseran pasukan dan material satuan tugas pengamanan perbatasan, pengamanan daerah rawan dan pengamanan pulau terluar dan saat sandar KRI Teluk Bintuni 520 juga salah satu kapal yang aktif dikunjungi masyarakat.
Terakhir, kapal ini mendukung Latihan Operasi Pendaratan Administrasi Bersama TNI AD dalam Kartika Yudha di Lampung beberapa waktu lalu. (Pen)
Be First to Comment