Press "Enter" to skip to content

Menteri Bambang : Ada Peluang Baru Bagi Startup Indonesia dalam Tatanan New Normal

Social Media Share

JAKARTA, NP – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengungkapkan ada sepuluh tren teknologi yang menjadi peluang baru bagi startup Indonesia dalam tatanan baru kehidupan atau new normal selama maupun sesudah wabah Covid-19. Sepuluh tren teknologi ini tidak hanya akan terjadi selama masa darurat wabah Covid-19 namun diperkirakan menjadi masa depan baru atau new future bagi Indonesia dan dunia.

“Sepuluh tren ini jangan kita lihat sebagai darurat, justru harus kita lihat sebagai the new normal atau the new future karena ini adalah bagian dari Revolusi Industri Keempat,” ungkap Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro saat Live Streaming bertopik Life After Pandemic Covid-19 bersama IDN Times menggunakan teknologi telekonferensi pada Kamis (11/4) sore.

Sepuluh tren teknologi dalam new normal ini mencakup belanja daring, pembayaran digital, teleworking (work from home), telemedicine,
tele-education and training, hiburan daring, rantai pasokan atau supply chain 4.0, 3D printing, robot dan drone, serta teknologi 5G dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Menteri Bambang menyebutkan salah satu contoh inovasi dalam bidang telemedicine yang sudah diaplikasikan adalah Robot Medical Assistant ITS – Airlangga (RAISA) yang dikembangkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).

“Salah satu temuan riset Covid-19 dari ITS, robot yang bisa mensubstitusi perawat, memberikan makan, memberikan obat, sampai mengecek infus itu bisa dilakukan oleh robot sehingga perawat tidak perlu terlalu sering bertemu pasien karena sering bertemu pasien berarti eksposur terhadap Covid juga semakin tinggi,” ungkap Menristek/Kepala BRIN.

Beberapa tren teknologi lain yang lebih dirasakan banyak orang adalah belanja daring dan pembayaran digital yang kini mulai lebih dipilih kalangan milenial dan ibu-ibu dalam berbelanja dibanding berbelanja secara langsung.

“Yang milenial pasti sudah seratus persen barangkali mengalihkan kegiatan belanjanya menuju e-commerce bahkan untuk ibu-ibu yang biasanya lebih senang mencari sendiri ke supermarket sekarang lebih senang kalau bisa pesan lewat supermarket online dan langsung diantar ke rumah. Ini berarti logistik sudah jalan,” ungkap Bambang Brodjonegoro.

Menristek/Kepala BRIN mendorong para pemuda dan milenial terutama dari perguruan tinggi untuk tidak hanya melihat startup dalam lingkup bisnis berbasis online saja tetapi juga mulai melihat bidang-bidang lain yang sudah harus menerapkan teknologi terbaru. Salah satunya adalah startup di bidang genome bernama Nusantics yang didukung oleh Kemenristek/BRIN serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Nusantics kini sudah berhasil merancang Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) test kit untuk deteksi Covid-19 yang akan diproduksi massal oleh PT Bio Farma.

” Startup itu tidak hanya untuk on demand atau startup untuk e-commerce atau digital payment tapi juga startup di bidang kesehatan bahkan ada startup di bidang vaksin dengan tentunya pendekatan teknologi yang baru jadi dia tidak hanya sekadar membuat vaksin tapi mengembangkan metode baru dalam pengembangan vaksin,” ungkap Menteri Bambang.

Menristek/Kepala BRIN juga mendorong para startup untuk semakin banyak menciptakan aplikasi digital dalam sepuluh tren baru new normal mengingat kontak langsung dengan orang lain akan berkurang.

“Yang kita butuhkan sekarang adalah aplikasi. Semakin banyak aplikasi yang bisa meminimalisir kontak langsung dan tentunya harus sesuai dengan peraturan perundangan. Intinya bagaimana kita membuat aplikasi yang bisa meminimalisir kontak langsung dalam berbagai hal, bagaimana yang sepuluh tadi bisa dijalankan secara sempurna atau secara mulus,” ungkap Menteri Bambang.

Lebih lanjut, Bambang Brodjonegoro juga melihat teknologi informasi dan komunikasi saat ini bukan menjadi luxury atau kemewahan namun menjadi kebutuhan masyarakat sehingga pemerintah dan masyarakat perlu melihat infrastruktur bagi TIK, termasuk akses internet menjadi infrastruktur dasar sama seperti jalan raya dan pembangkit listrik.

“Infrastruktur TIK harus diperlakukan sama dengan infrastruktur perhubungan maupun infrastruktur energi karena TIK sudah menjadi kebutuhan dasar manusia dalam kondisi hari ini. Mungkin sepuluh tahun yang lalu bicara infrastruktur TIK sebagai kebutuhan dasar orang akan bertanya-tanya dimana kebutuhan dasarnya, bukannya itu luxury? Sekarang sudah menjadi kebutuhan dasar sama seperti kita membuat jalan, membuat bandara, maupun membuat pembangkit dan transmisi listrik. Kemudian untuk memperkuatnya perlu ada tingkat adaptasi yang lebih tinggi. Infrastruktur harus diperbaiki. Investasi swasta dan publik harus diperkuat dan otomatis juga sumber daya manusianya. Saya yakin milenial di sini bisa menutupi masih rendahnya SDM dalam penguasaan teknologi digital,” ungkap Bambang Brodjonegoro.

Turut berpartisipasi langsung dalam Live streaming bersama IDN TIMES ini CEO Nusantics, Sharlini Eriza; Pendiri dan CEO IDN Times, William Utomo; dan Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Zulfiani Lubis. (red)

 

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *