JAKARTA, NP – Sejak penetapan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai pandemi global oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020, KemenristekBRIN merespon dengan cepat melalui pembentuk Konsorsium Riset dan Inovasi, untuk percepatan penanggulangan pandemi COVID-19.
Pembentukan Tim Riset dan Inovasi ini merupakan gerak cepat para inovator Indonesia, putra-putri bangsa, dalam menghasilkan 57 produk inovatif guna menanggulangi pandemi Covid 19. Ke-57 produk tersebut telah diluncurkan pada Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 2020 oleh Presiden RI Joko Widodo. Saat ini ada kabar gembira bagi kita bangsa Indonesia bahwa 5 jenis ventilator yang dikembangkan anggota Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 telah berhasil mengantongi Izin Edar dari Kementerian Kesehatan, setelah lulus uji sertifikasi dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan.
Setelah mengantongi izin edar, kelima ventilator tersebut segera memasuki tahap produksi massal, dan bahkan beberapa sudah menghasilkan ratusan produk yang sudah dimanfaatkan oleh rumah sakit dalam membantu menyelamatkan pasien Covid-19. Bangsa Indonesia patut bersyukur dan berbangga, karena di tengah kebutuhan ventilator yang saat ini langka, mahal, serta bergantung pada ventilator impor; para inovator Indonesia telah berhasil menghasilkan produk-produk riset dan inovasi, yang bermanfaat bagi masyarakat dalam waktu yang relatif singkat, hanya dalam waktu 3 bulan.
Keberhasilan ini disambut gembira dan rasa syukur, dengan apresiasi yang tinggi oleh Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro dan segenap jajarannya, yang telah memfasilitasi kegiatan riset dan inovasi percepatan penanggulangan Covid-19, melalui Tim Konsorsium COVID-19. Menteri Bambang sangat kagum dengan kehebatan dan pencapaian putra-putri kebanggaan bangsa Indonesia.
“Bayangkan, riset dan inovasi yang biasanya di proposal dilakukan minimal dalam satu tahun anggaran, ini hanya dalam hitungan 3 bulan, sudah menghasilkan produk-produk inovasi yang berkualitas, luar biasa dan sangat dibutuhkan bangsa Indonesia, yang pada saat yang sama, bangsa lain juga sedang berlomba-lomba membuatnya,” ungkap Bambang PS Brodjonegoro di Gedung BJ Habibie, Jakarta seperti dikutip dari rilis KemenristekBRIN, Sabtu (20/06).
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari respon cepat dari KemenristekBRIN yang telah membentuk Konsorsium Covid-19 dengan tujuan mensinergikan riset dan inovasi berbagai lembaga penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap), seperti Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK), perguruan tinggi, perusahaan swasta dan BUMN; dalam rangka percepatan dan penanggulangan Covid-19. Dalam waktu 3 bulan para inovator Indonesia berhasil mengembangkan berbagai alat-alat kesehatan (Alkes), obat dan terapi, sampai pengembangan vaksin Covid-19.
“Kuncinya adalah kolaborasi, kemitraan, dan kerjasama. Adanya pandemi Covid-19 yang merupakan tantangan berat bangsa Indonesia dan global saat ini, terbukti dapat menyatukan tekad dan semangat para inventor dan inovator dari kalangan pemerintah, akademisi, dan pihak swasta untuk berkolaborasi dan bekerja sama mengatasi pandemi bersama-sama,” lanjut Bambang PS Brojonegoro.
Kelima jenis ventilator tersebut adalah :
1). BPPT3S-LEN
Ventilator berbasis Ambu Bag dan Cam dikembangkan BPPT bersama PT LEN.
BPPT3S-LEN telah mengantongi Nomor Izin Edar Alat Kesehatan KEMENKES RI ADK 20403020870 dan sekarang ini PT LEN sedang proses produksi 100 unit ventilator.
2). GERLIP HFNC-01
Ventilantor ini dikembangkan LIPI bekerja sama dengan PT Gerlink Utama Mandiri.
Penggunaan jenis ventilator HFNC ( High Flow Nasal Cannula) untuk mencegah pasien tidak sampai gagal nafas dan tidak harus diinkubasi menggunakan ventilator invasive dengan cara memberikan terapi oksigen beraliran tinggi. Sampai saat ini sudah diproduksi 5 unit.
GERLIP HFNC-01 telah mengantongi Nomor Izin Edar Alat Kesehatan KEMENKES RI ADK 20403020951.
3. Vent-I Origin
Vent-I merupakan model ventilator Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dikembangkan Yayasan Pembina Masjid Salman ITB bersama Unpad dan ITB.
Vent-I telah mengantong Nomor Izin Edar Alat Kesehatan KEMENKES RI ADK 20403020696.
Hingga hari ini (19/06) sebanyak 139 unit Vent-I produksi pertama yang telah didistribusikan kepada RS yg membutuhkan.
Sementara ini total target produksi Vent-I sekitar 800-900 unit.
4. COVENT-20
Covent-20 merupakan ventilator hasil kolaborasi dari para peneliti di Fakultas Teknik UI (FTUI) dan Fakultas Kedokteran UI (FKUI), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSUP Persahabatan Jakarta, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik.
COVENT-20 mudah dibawa dan dapat digunakan dalam keadaan darurat. COVENT-20 memiliki 2 (dua) mode operasi yaitu mode CPAP ( Continuous Positive Airway Pressure) dan CMV (Continuous Mandatory Ventilation). Mode Ventilasi CPAP dioperasikan ketika kondisi pasien masih sadar untuk membantu oksigenasi ke paru-paru pasien, sedangkan Mode CMV dioperasikan ketika pasien tidak sadar atau mengalami kesulitan mengatur pernafasannya untuk mengambil alih fungsi pernafasan pasien. Kedua mode tersebut dapat digunakan pada saat pasien berada di rumah maupun dalam perjalanan (di mobil ambulance), namun tidak digunakan di ruang isolasi.
COVENT-20 telah mengantongi Nomor Izin Edar Alat Kesehatan KEMENKES AKD 20403021003 dan telah diproduksi sekitar 300 unit oleh beberapa mitra Produsen Alat Kesehatan (Alkes) diantaranya PT Enesers Mitra Berkah, PT Graha Teknomedika, dan PT PINDAD dan dikalibrasi oleh beberapa mitra Perusahaan Kalibrasi Alkes.
5. DHARCOV-23S
Ventilator Emergency CMV dan CPAP berbasis pneumatic DHARCOV 23S.
Ventilator ini dikembangkan oleh BPPT bekerja sama dengan PT Dharma Precission Tools dan telah mengantongi Nomor Izin Edar Alat Kesehatan KEMENKES RI AKD 20403020892. Pada saat ini (19/06), Dharcov-23S telah memasuki fase produksi masal. Total unit dalam batch pertama yang akan diproduksi adalah sebanyak 200 unit ventilator, sampai dengan tanggal 19 Juni 2020 telah selesai diproduksi dan terkalibrasi sebanyak 100 unit, sedangkan sisanya akan selesai pada akhir minggu ke tiga bulan Juni 2020.
Selain kelima ventilator tersebut, BPPT bekerja sama dengan PT Polijaya juga sedang mengembangkan BPPT3S-Poly yang masih dalam uji sertifikasi.
Sedangkan Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Toyota dan industri lokal, mengembangkan tiga jenis ventilator, yakni versi fully featured ventilator ( high end), versi low cost dan versi ambu bag conversion.
Selain itu, ITS melalui Tim Ventilator Departemen Teknik Fisika ITS telah menciptakan Simple and Low-Cost Mechanical Ventilator atau Robot Ventilator.(rls)
Be First to Comment