Press "Enter" to skip to content

Dampak Ekonomi Covid-19, Menteri Bambang: Riset dan Inovasi Perlu Didorong Lebih Kencang

Social Media Share

JAKARTA, NP– Bayangan krisis ekonomi telah di depan mata bila kita tidak berhati-hati dan serius dalam menangani dampak Pandemi Covid-19. Langkah-langkah strategis pemerintah di bidang riset dan teknologi dalam menangani dampak ekonomi perlu didorong lebih kencang lagi dalam menghela perekonomian berbasis inovasi teknologi.

Demi mengurangi dampak terburuk dari pertumbuhan ekonomi, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro tekankan optimalisasi teknologi digital hadapi normal baru atau new normal di tengah pandemi Covid-19. Menteri Bambang ungkapkan beberapa skenario yang dapat dilakukan oleh Kemenristek/ BRIN dalam menghadapi new normal.

“Untuk mengurangi dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi ini, tentu kegiatan ekonomi harus tetap berjalan. Pada masa new normal harus kegiatannya akan less contact, oleh karena itu teknologi digital akan sangat diperlukan. Intinya kontribusi dari ristek diarahkan pada optimalisasi teknologi digital,” ungkap Menteri Bambang dalam webinar ‘Ngobrol Pintar : Menggali Potensi Inovasi Indonesia Menuju the New Normal’ yang diselenggarakan Qlue berkolaborasi dengan Kaskus (30/06).

Pada kesempatan yang sama Menteri Bambang juga menyampaikan pentingnya optimalisasi riset dan inovasi pada bidang kesehatan, terutama screening (penyaringan) dan diagnostik. Beliau menjelaskan pengembangan alat tes yang semakin massif akan melahirkan protokol pencegahan Covid-19.

Lebih lanjut Menteri Bambang menyampaikan, Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang digagas oleh Kemenristek dalam penanganan Covid-19 bisa dibilang sebagai cikal bakal triple helix alat kesehatan dan bahan baku obat di Indonesia. Menteri Bambang berharap kehadiran konsorsium riset juga dapat mengatasi masalah impor di bidang kesehatan. Dengan begitu, Indonesia bisa mandiri dari segi alat kesehatan dan bahan baku obat.

“Konsorsium riset dan inovasi ini tidak hanya melibatkan peneliti dari berbagai lembaga penelitian, tapi juga industri. Sehingga proses hilirisasi produk inovasi dari konsorsium bisa segera diproduksi massal. Inilah alasan mengapa kolaborasi dalam riset menjadi sangat penting,” jelas Menteri Bambang.

Dalam webinar tersebut turut hadir Rama Aditya, Founder & CEO Qlue; Edi Taslim, CEO Kaskus; serta peserta webinar dari kalangan pengusaha muda dan startup.(rls)

 

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *