Press "Enter" to skip to content

Pasca KTT G20 di Bali, Indonesia Beri Standar Baru Penyelenggaraan Presidensi G20

Social Media Share

JAKARTA, NP- Suksesi Presidensi G20 Indonesia menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali telah memberi standar baru dalam gelaran akbar berskala internasional tersebut.

Selaku tuan rumah, penerimaan dan perlakuan yang diberikan kepada para kepala negara-negara besar dunia beserta delegasinya itu selama di Bali telah memberi dampak positif dan kondusif dalam upaya menyelesaikan beragam masalah dunia saat ini dan meredam ketegangan yang terjadinya.

“Indonesia memberikan standar baru, bagaimana memperlakukan para kepala negara beserta delegasinya, terhadap apa yang disebut dengan keramahtamahan Indonesia yang tidak pernah diberikan oleh siapapun yang pernah menjadi tuan rumah G20,” ujar Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Mukhamad Misbakhun dalam diskusi Dialektika Demokrasi dengan tema “Dampak KTT G20 dan B20 bagi Ekonomi Indonesia dan Dunia” di Media Center Parlemen, Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (17/11/2022).

Bukti nyata dari suksesi itu, menurut Misbakhun adalah terpaan yang di hadapi masyarakat dunia yaitu pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina menjelang KTT G20. Ketika dua dampak dari perang dan pandemi itu ujungnya itu adalah menyangkut keadilan sosial masyarakat, berakibat pada situasi global yaitu instabilitas dunia pada semua bidang.

Selain itu, perang dan pandemi juga berdampak pada ancaman-ancaman terhadap eksistensi perdamaian dunia, yang berdampak secara langsung terhadap tingkat kesejahteraan manusia, yaitu harga energi yang mahal dan harga pangan yang mahal. Bahkan bukan cuma sekedar mahal tetapi akses untuk mendapatkannya juga menjadi sangat terbatas.

“Pangan menjadi alat perang, energi menjadi alat perang, alat apapun, yaitu menjadi senjata perang untuk melakukan bargaining,” ungkap Misbakhun.

Namun oleh Indonesia, situasi yang keras itu bisa menjadi landai, dan upaya yang dilakukan Indonesia itu telah melebihi ekspektasi semua pihak. “Semua itu bisa diselesaikan dengan sangat penuh pengertian dan penuh kedamaian,” terang Anggota Komisi XI DPR ini.

Misbakhun menambahkan dari sisi penyelenggaraan yang sukses ini, ternyata juga memberikan kesuksesan terhadap substansi dari G20 itu sendiri. Meski Presiden Rusia, Vladimir Putin berhalangan hadir namun Rusia tetap bisa menerima Declaration Leader’s G20 Bali (Deklarasi G20 Bali) yang isinya sangat sejuk, memberikan solusi dan akan menjadi guideline bagaimana perjalanan arah G-20 ke depan.

Dari sisi penyelenggaraan yang sukses ini, ternyata juga memberikan kesuksesan terhadap apa terhadap substansi G-20 itu sendiri.

Walaupun Rusia tidak pada level kepala negara yang hadir tetapi Rusia bisa menerima leaders declaration yang isinya sangat sejuk, memberikan solusi dan akan menjadi guideline bagaimana perjalanan arah G-20 ke depan.

“Itu menunjukkan bahwa hospitality Indonesia, keramahtamahan Indonesia sebagai tuan rumah ini akan menjadi standar baru penyelenggaraan G20 yang ke depan,” tegas Misbakhun.

Di tempat sama, Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) Maman Imanulhaq mengatakan satu hal menarik politik luar negeri yang diperankan Indonesia.

“Politik bebas aktif Indonesia ini menjadikan kita bisa tersenyum melihat Presiden Amerika Joe Biden bisa salaman dengan Presiden China, Xi Jinping,” ucap Maman.

Hal lain yang juga mendapat apluas Maman adalah kondisi permasalahan dunia yang begitu tegang dan diperkirakan akan membuat perdebatan di KTT G20 begitu serius bisa diredam oleh Indonesia selaku tuan rumah.

“Ada bahasa lain di samping politik yang keras yaitu bahasa cinta, yang disuguhi lewat budaya misalnya. Bagaimana misalnya lagu Denpasar Moon itu mendapat apresiasi dari Xi Jinping,” kata Anggota Komisi VIII DPR ini.

Sukses gelaran KTT G20 di Bali juga diapresiasi Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Arif Budimanta yang bersyukur karena KTT G20 di Bali berlangsung baik, tenang dan produktif. “Produktif karena bisa menghasilkan satu produk yang disepakati bersama yang disebut Bali Leader’s Declaration ataupun Deklarasi Pemimpin Negara G20 yang dibuat di Bali,” sebut Arif.

Terkait pidato Presiden Joko Widodo, Arif mengatakan ada pernyataan penting Presiden Jokowi yang menekankan kepada negara-negara G20 untuk menghentikan perang.

“Karena syarat untuk membangun kegiatan ekonomi itu adalah perdamaian. Syarat mendistribusikan keadilan sosial adalah menciptakan suasana damai,” kata Arif.

Bukan hanya melalui pernyataan, Presiden Jokowi juga agenda jamuan makan malam, agenda penanaman pohon bersama, dan lainnya. “Itu adalah ruang-ruang informal terbuka kepada seluruh pemimpin dunia yang hadir, untuk membangun dialog dalam upaya mengakhiri konflik membangun ruang dialog yang kontinyu. Itulah yang disebut dengan soft diplomacy,” tegas Arif.

Sementara itu, Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Prof. Hikmahanto Juwana memberi perhatian besar pada sukses penyelenggraan KTT G20 Bali terkait keselamatan dan keamanan dari kepala pemerintah, kepala negara yang hadir.

Indikator lainnya, adalah KTT G20 di Bali berhasil membuat Deklarasi G20 Bali terkait perang di Ukraina. “Yang penting adalah kesepakatan-kesepakatan dan komitmen dari negara-negara G20 menjalankan apa yang sudah dibahas. Ini menurut saya penyelenggaraan KTT dengan berbagai kesepakatan sudah bagus sekali dan sudah selesai,” kata Hikmahanto.(dito)

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *