Press "Enter" to skip to content

Kenali akan Bahaya Monkeypox, Diskes Kolinlamil Lakukan Sosialisasi

Social Media Share

JAKARTA, NP – Dunia kembali dikejutkan dengan menyebarnya wabah cacar monyet atau monkeypox (MPox). Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO) juga telah menetapkan MPox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global atau Public Health Emergency Of International Concern (PHEIC) untuk yang kedua kalinya. Menanggapi keadaan darurat ini, berbagai negara termasuk Indonesia, terus meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah laju penyebaran virus yang menular ini. Menindaklanjuti hal tersebut, pada hari Rabu (28/8) setelah melaksanakan apel pagi, seluruh prajurit dan PNS Kolinlamil menghadiri acara sosialisasi dengan topik pembahasan seputar monkeypox atau cacar monyet yang dibawakan secara ringan oleh Diskes Kolinlamil bertempat di Auning Selatan Mako Kolinlamil Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Acara sosialisasi dibuka secara langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kolinlamil (Kadiskes Kolinlamil) Letkol Laut (K) dr. I Made Ari Dwi Saputra, Sp.Ot(K) dengan dipandu moderator oleh Lettu Laut (K/W) dr. Kezia Miracle dan pemateri dari Penda Tk.I III/B dr. Bintang Ruth Cicilia Febrina. Kadiskes dalam kesempatan tersebut mengatakan Monkeypox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang berasal dari keluarga Poxviridae, genus Orthopoxvirus. Virus ini awalnya ditemukan pada monyet, namun dapat menular ke manusia. Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi, atau melalui droplet pernapasan dari orang yang terinfeksi dan merupakan penyakit zoonosis dimana ditularkan dari binatang, dan kemudian manusia ke manusia. Kasus Mpox sudah tersebar di 116 negara, dan sudah masuk ke Asia Tenggara, di Indonesia sendiri sudah terdapat 88 kasus konfirmasi Mpox.

Penda Tk.I III/B dr. Bintang Ruth Cicilia Febrina selaku pemateri turut menyampaikan bahwasannya penularan monkeypox dapat melalui kontak dengan cairan lesi atau ruam penderita, hubungan seksual dengan penderita, droplet / saluran nafas, dan bisa juga dari plasenta ke janin. Masa inkubasi virus 2-13 hari, kemudian timbul gejala seperti ruam cacar, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, lemas. Ruam yang terbentuk mirip seperti cacar pada umumnya, namun perbedaannya terdapat berbagai fase munculnya ruam, dari awalnya datar kemerahan, lalu menjadi vesikel berisi cairan, kemudian pustul berisi nanah, dan kemudian menjadi krusta atau luka koreng yang mengelupas. Pengobatan cacar monyet sampai saat ini masih diteliti, sementara ini pengobatan bersifat terapi suportif, dan diberlakukan isolasi mandiri bagi para penderita dengan gejala ringan. Pencegahan yang dapat dilakukan saat ini adalah menghindari kontak dengan hewan yang menjadi reservoir virus, hindari kontak dengan bahan yang tersentuh penderita, mencuci tangan dengan bersih setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi, kemudian memberi vaksin pada kelompok beresiko, termasuk LSL dan ODHIV” jelas Penda Tk.I III/B dr. Bintang Ruth Cicilia Febrina yang sehari-hari berdinas sebagai dokter di Balai Pengobatan Kolinlamil.

Seluruh prajurit Kolinlamil diharapkan untuk tetap tenang namun waspada, mengikuti anjuran kesehatan, dengan senantiasa menjaga kebersihan diri dengan rutin mencuci tangan setalah beraktifitas dan segera melapor ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala yang mengarah pada monkeypox. (Dispen Kolinlamil)

 

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *