Lebih lanjut Perwira tinggi lulusan Akademi TNI AL tahun 1994 itu mengatakan bahwa, meskipun Indonesia bukan sebagai claimant state atas nine dash lines China, namun untuk mengantisipasi dampak spill over pertikaian/ketegangan di Perairan Laut China Selatan, Kekuatan TNI Angkatan Laut harus selalu siap dioperasionalkan untuk menghalau agar tidak berdampak pada stabilitas keamanan laut nasional khususnya di Laut Natuna Utara.
“Sebagai tolok ukur kesiapan, maka digelar latihan perang laut secara rutin bagi semua unsur-unsur dibawah kendali operasi Guspurla Koarmada I langsung on the spot di wilayah Laut Natuna Utara.” Ungkapnya.
KRI Malahayati-362 dan KRI Tjiptadi-381 sebagai unsur Bawah Kendali Operasi (BKO) Guspurla Koarmada I dengan sandi Operasi “Siaga Segara 21”, melaksanakan beberapa serial latihan dalam tugas antara lain Replenisment At Sea Approach Procedure (RASAP), Isyarat Bendera Semaphore, dan Simulated ASW Attack.
Sementara itu Pangkoarmada I, Laksda TNI Arsyad Abdullah menegaskan bahwa TNI AL dalam hal ini Koarmada I akan terus menghadirkan unsur KRI guna menegakkan kedaulatan dan hukum di Laut Natuna Utara.
“Sedikitnya 3 atau 4 KRI yang terus beroperasi 1 X 24 Jam di Laut Natuna Utara setiap saat” Tegasnya. (Dispen Koarmada I)
Be First to Comment