Menteri LHK, Siti Nurbaya. (Foto: Ist)
JAKARTA, NP – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), melaksanakan refleksi kinerja tahun 2023 di Auditorium Dr. Soedjarwo, Gd. Manggala Wanabakti, Jakarta (28/12/2023). Pada kegiatan ini, sebanyak 13 Pejabat Tinggi Madya KLHK menyampaikan capaian kinerja unit kerja masing-masing tahun 2023.
Pada kesempatan ini juga, Menteri LHK, Siti Nurbaya menyampaikan catatannya terkait kinerja KLHK 2023 yang ia gambarkan sebagai penegasan konsistensi kebijakan dasar, kebijakan operasional, implementasi program dan dampak pembangunan.
Menurutnya, konsistensi menjadi penting bagi KLHK dikarenakan perkembangan berbagai persoalan seperti berlakunya UUCK, untuk membuka kesempatan kerja bagi masyarakat, serta mengantisipasi kebutuhan masuknya investasi yang diperlukan cepat masuk dan harus intensif untuk kenyataan bahwa investasi nyata dan konkrit yang akan membawa pertumbuhan ekonomi nasional dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
“2023 ini memang akhirnya kan menjadi bagian akhir dari proses selama hampir 10 tahun saya menjadi menteri. Yang diperlukan kemudian adalah konsistensi antara kebijakan dasar, penegasan-penegasan dalam visinya Bapak Presiden itu kita sebut kebijakan dasar, lalu arahan-arahan parsial dan termasuk langkah-langkah kerja yang diambil oleh menteri itu namanya kebijakan operasional, dan juga ketika dia menjadi APBN dan dilaksanakan oleh para birokrat itu namanya implementasi, jadi tinggal konsistensinya aja,” terang Menteri Siti saat memberikan keterangan kepada awak media.
Kemudian, Menteri Siti juga mengungkapkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) tahun 2023 mengalami kenaikan dari tahun 2022. IKLH Indonesia pada tahun ini adalah sebesar 72,54 poin. IKLH terdiri dari Indeks Kualitas air: 54,59 Indeks Kualitas Udara: 88,67; Indeks Kulaitas lahan atau tutupan: 61,79 dan Indeks Kualiats Air laut: 78,84. Tercatat data pemantauan tahun 2023 sebanyak 12.445 di Kabupaten/kota; 2.696 di provinsi dan 7.762 secara naisonal. Yang rata-rata meningkat dari tahun 2022.
“Kalau lihat datanya dan bukti-bukti pencapaiannya tadi disampaikan masing-masing eselon I, itu dalam konteks Indeks Kualitas Lingkungan Hidup relatif baik, dalam arti bisa dicapai sesuai target walaupun kita bilang IKLH itu ada beberapa elemen, ada elemen kualitas udara, air, tutupan lahan, dan air laut. Itu relatif baik kecuali kualitas air, yaitu monitoring di sungai-sungai, tingkat pencemaran dll, tetapi secara umum relatif sudah baik, ini akan terus kita jaga,” jelas Menteri Siti.
Menteri Siti menambahkan bahwa dalam tahun 2023 juga dimulai secara khusus dengan Green Leaders untuk dunia usaha setelah tahun sebelumnya Green Leaders dari unsur Pemerintah Daerah. Tahun 2023 ini juga dengan kolaboriasi Institut Hijau Indonesia dibangun Green Leaders Indonesia dan Green Ambassadors.
Menteri Siti juga menjelaskan terkait kondisi karhutla sepanjang fenomena El-Nino pada tahun 2023. Menurutnya, kondisi karhutla memang sangat mengkhawatirkan dengan gambaran El-Nino 2023 yang dinilai akan sama dengan atau lebih buruk dari kondisi El-Nino 2019, tapi tidak lebih buruk dari El-Nino 2015. Berkat upaya bersama secara nasional dan wilayah daerah, El-Nino 2023 dapat diatasi dengan baik dari aspek kebakaran hutan dan lahan.
Dalam kaitan dengan aksi pengendalian perubahan iklim, angka emisi GRK dari kebakaran hutan dapat diolah datanya s.d. Oktober sebesar 141,8 juta ton. Data penurunan emisi GRK dari bisnis as usual tahun 2022 sebesar 814 juta ton atau penurunan emisi 40,09 % dan tahun 2021 sebesar 889 juta ton atau menurun 43, 8 % dan tahun 2021 sebesar 945 juta ton atau 47,3 %.
“Pada konteks KLHK dan perubahan iklim karena National Focal Point-nya iklim ada di KLHK, jadi kita tetap mengikuti perkembangan, tadi saya menyampaikan pesan kepada teman-teman untuk perubahan iklim di COP28 ada kemungkinan perubahan-perubahan dengan percepatan target internasional atau global,” jelas Menteri Siti.
Menteri Siti mengungkapkan, apabila dahulu permintaannya adalah 50% penurunan emisi untuk Tahun 2050, namun saat ini mengalami peningkatan drastis menjadi penurunan 60% emisi pada tahun 2035.
“Itu buat suatu negara merupakan kerja berat, tapi buat Indonesia harusnya bukan masalah, sebab kita sudah menyiapkan instrumen-instrumen dan langkah-langkahnya juga sudah kita lakukan. Memang yang agak berat energi, karena kita masih terus membangun,” ungkap Menteri Siti.(red)
Be First to Comment