Last updated on 28/07/2022
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto menyambut baik rencana tambahan investasi pembangunan kendaraan listrik oleh Toyota Motor Company di Indonesia saat bertemu Wakil Ketua Dewan Direktur Toyota Motor Corporation, Shigeru Hayakawa di Tokyo, Jepang, Selasa (26/7). (Foto: Kemenko Perekonomian)
JAKARTA, NP- Pemerintah terus menggalakkan penggunaan energi bersih terbarukan di masa mendatang.
Untuk dapat mewujudkan tujuan pemerintah tersebut, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan kuncinya ada dua sektor utama, yaitu kelistrikan dan otomotif.
Oleh karena itu, sepanjang Jepang masih bertahan dengan produksi mobil berbahan bakar fosil, sulit bagi Indonesia untuk dapat menerapkan EBT (energi baru terbarukan).
“Kalau Jepang mungkin lebih baik dalam konteks automotif bagaimana kemudian ke depan Jepang akan moving kemana terkait industri otomotifnya, karena sejauh ini mereka belum entry ke market mobil listrik. Justru China dan Korea, sementara dominasi mereka di pasar indonesia cukup besar. Sepanjang mereka masih bertahan di konvensional relatif berat bagi indonesia,” kata Komaidi Notonegoro, Rabu (27/7/2022).
Komaidi mengingatkan, selain menjaring investor asing, pemerintah juga perlu memperhatikan keberlangsungan industri otomotif secara keseluruhan.
“Kemudian nasib yang mobil sudah eksis, termasuk infrastruktur penunjang, seperti pabriknya, bengkel, dan karyawan bagaimana, ini pekerjaan rumah yang saya kira tidak sederhana, sekedar mengkampanyekan pindah ke EBT, ada aspek aspek lain yang sejauh ini belum disentuh,” jelas Komaidi.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan sejumlah petinggi perusahaan otomotif di Jepang serta mengantongi sejumlah komitmen investasi triliunan rupiah untuk produk kendaraan yang ramah lingkungan.
“Saya meyakini bahwa permintaan kendaraan listrik baik roda empat maupun roda dua di Indonesia maupun di kawasan ASEAN kedepan akan terus meningkat. Indonesia dapat dijadikan industrial base produksi Electric Vehicle (EV) untuk dipasarkan di kawasan ASEAN maupun di Indonesia sendiri,” kata Airlangga yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar, kemarin (26/7).
Dunia mulai beralih dari memproduksi kendaraan berbahan bakar fosil ke listrik. Ini sejalan dengan kebijakan transisi energi Indonesia yang berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 serta Nationally Determined Contributions (NDCs) pengurangan emisi karbon 29% pada tahun 2030.
Transportasi Publik
Sementara itu, pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengapresiasi pemerintah Jakarta yang telah menyediakan sejumlah bus transjakarta berbahan bakar listrik. Inisiasi ini diapresiasi dan hendaknya bisa didorong penggunaannya untuk daerah lain di indonesia.
“Untuk peta Jakarta tidak begitu pesimis, SDM bagus, perencanaan bagus dan yang mengawasi banyak. Di Daerah itu tidak banyak peduli, padahal bisa sekali ditiru, pusat harus dorong ke daerah,” katanya.
Saat ini ada 11 layanan Bus Rapid Transport (BRT) tersedia di seluruh Indonesia. “Di Surabaya akan ada dua koridor yang menggunakan bus listrik, begitu juga Bandung. Jadi, Pemerintah daerah bisa mulai menggunakan bus listrik lewat BRT ini,” ujarnya.
Keberadaan transportasi publik yang layak sangat penting dalam perpindahan masyarakat. Pengguna kendaraan pribadi bisa beralih ke transportasi publik untuk mengurangi emisi.
Sementara itu, pemerintah juga diminta harus lebih aktif mensosialisasikan informasi dan layanan mobil listrik. “Bagaimana pemanfaatannya, artinya penggunaan nanti mitigasinya, terhadap kecelakaan, informasi penggunaan bateri mudah atau tidak, studi penyediaan stasiun pengisian, kalau rumah tangga berapa jam, itu perlu disosialisasikan, jangan seperti dulu kita pakai gas, ternyata gagal karena SPBG nya jauh,” ungkap Djoko.
Dia mengingatkan, keberadaan transportasi listrik bukan hal baru di Indonesia. Di dataran tinggi Asmat, masyarakatnya sudah menggunakan mobil listrik. Artinya kesempatan dan kemauan itu ada, tinggal implementasinya di lapangan.(har)
Be First to Comment