Buku: Ilmu Kedokteran Masa Depan, karya Prof. Dr. Satyanegara bersama tim asisten mengulas arah baru ilmu kedokteran berbasis teknologi, robotik, dan genomik. (Foto: Liu)
JAKARTA, NP – Buku memang tak bernyawa layaknya manusia. Namun, bukan tak mungkin buku menjadi perantara persahabatan yang erat, bahkan semakin menguat seiring waktu. Hal itulah yang diharapkan Prof. Dr. Satyanegara melalui peluncuran buku terbarunya, Ilmu Kedokteran Masa Depan, yang ditulis bersama tim asistennya, yakni Dr. Adit, Dr. Nico, dan Dr. Wira.
Buku ini diharapkan bukan sekadar kumpulan tulisan teoretis, melainkan juga menjadi medium persahabatan dan persaudaraan, khususnya di kalangan tenaga medis dan tenaga kesehatan.
“Saya berpikir, persahabatan dengan teman-teman tenaga medis dari RSPP (Rumah Sakit Pusat Pertamina), yang sudah saling mengenal sejak 54 tahun lalu, tidak lekang oleh waktu. Banyak sekali kenangan bersama teman-teman dari RSPP. Kadang rindu ingin melihat bagaimana kondisi mereka sekarang. Kalau sekadar bertemu tanpa makna, rasanya tidak ada artinya. Sebaliknya, pertemuan sambil melepas rindu bisa menjadi kenang-kenangan melalui perantara buku-buku baru saya,” kata Prof. Satyanegara di Jakarta, Selasa (16/12/2025).
Peluncuran buku tersebut bertepatan dengan perayaan ulang tahun Prof. Satyanegara yang ke-87 pada 1 Desember 2025, yang digelar di Hotel Sheraton Grand Jakarta, Jakarta Selatan. Ia mengungkapkan, proses penulisan buku Ilmu Kedokteran Masa Depan bersama tim asistennya berlangsung relatif singkat, yakni sekitar enam bulan.
Ia mulai menulis pada Juni 2025, dan buku tersebut dicetak hanya dua hari sebelum peluncuran. Jika draf atau konsep buku tidak diserahkan pada 5 November 2025, besar kemungkinan acara peluncuran harus ditunda.
“Waktu kami sangat terbatas. Hampir setiap minggu kami meluangkan beberapa jam untuk berkumpul, melakukan evaluasi dan koordinasi. Semua jurnal yang berkaitan dengan tugas masing-masing dibahas dan dipelajari oleh tim asistensi. Pada 5 November, naskah kami serahkan kepada pemilik percetakan yang kebetulan juga berprofesi sebagai dokter. Buku ini akhirnya dicetak H-2, tepatnya pada 29 November,” ujar Prof. Satyanegara.

Acara peluncuran buku tersebut turut dihadiri sejumlah tokoh nasional dan pengusaha, antara lain Dato’ Sri Tahir (pendiri Mayapada Group), Pui Sudarto (pendiri PT Pulauintan Bajaperkasa Konstruksi), Sigit Samsu (pendiri Fakultas Kedokteran Universitas Jember/UNEJ), serta S.D. Darmono (Chairman Jababeka Group), dan tokoh lainnya.
Dato’ Sri Tahir mengaku kagum atas produktivitas Prof. Satyanegara yang masih aktif menulis buku di usia 87 tahun. Menurutnya, Prof. Satyanegara merupakan pakar terkemuka di bidang kedokteran yang telah menyelamatkan puluhan ribu nyawa dan hingga kini masih melayani pasien.
Sementara itu, Prof. Satyanegara menjelaskan bahwa dalam penyusunan buku tersebut, ia meminta tim asistennya mempelajari materi secara mendalam dengan pendekatan teknologi mutakhir.
“Proses penyusunan buku ini, saya selalu meminta tim asisten mempelajari materi dengan pendekatan robotik. Ilmu kedokteran saat ini memungkinkan mikroanatomi dan berbagai gerak otot dilihat secara langsung. Namun, ilmu kedokteran masa depan harus mulai dari hal-hal yang tidak kasatmata, seperti genomik,” ujarnya.
Ia menambahkan, faktor-faktor tak terlihat tersebut sangat menentukan kondisi kesehatan seseorang. “Tubuh manusia memiliki 78 organ, 12 sistem, sekitar 54 triliun sel, dan 23 pasang kromosom. Semua yang tidak kelihatan itulah yang menentukan satu penyakit dan cara pengobatannya. Setiap pasien berbeda-beda. Dari yang kecil dapat memengaruhi yang besar. Itulah yang terjadi dalam tubuh kita,” kata Prof. Satyanegara. (Liu)







Be First to Comment