Press "Enter" to skip to content

Tzu Chi Hospital Dirikan Prostate & Urinary Stone Center, Tekan Angka Kematian Kanker Prostat

Social Media Share

Tumpeng sebagai simbol rasa syukur dan harapan. Dengan diresmikannya Prostate & Urinary Stone Center, semoga Tzu Chi Hospital terus menjadi cahaya harapan bagi pasien prostat di Indonesia.(Foto: Liu)

JAKARTA, NP — Direktur Tzu Chi Hospital (TCH) Dr. Gunawan Susanto, Sp.BS menegaskan, pendirian Prostate & Urinary Stone Center di TCH tidak lepas dari tingginya angka kematian akibat kanker prostat di Indonesia yang mencapai lebih dari 30 persen per tahun 2020.

Menurutnya, pembesaran prostat jinak juga menjadi masalah besar di Indonesia. “Pada kelompok usia 60–69 tahun, prevalensi pembesaran prostat mencapai 40–50 persen. Sedangkan pada usia di atas 70 tahun, angkanya meningkat hingga 70–80 persen,” ujarnya saat menyampaikan keynote speech dalam peresmian pusat layanan tersebut di kawasan Pantai Indah Kapuk, Sabtu (1/11/2025).

Dr. Gunawan menjelaskan, dari kelompok usia 70–80 tahun, sekitar 25–30 persen mengalami gejala akibat pembesaran prostat. Namun banyak pasien tidak merasakan keluhan seperti frekuensi berkemih meningkat atau sering terbangun di malam hari (nokturia). “Dari jumlah tersebut, 10–20 persen membutuhkan tindakan medis. Karena itu, diperlukan dokter urologi berpengalaman yang mampu menilai dan menangani secara tepat,” katanya.

Ia menambahkan, tindakan pencegahan sangat penting agar pasien tidak perlu menjalani operasi yang berisiko tinggi. “Operasi sebaiknya cukup dilakukan sekali saja. Dengan penanganan yang menyeluruh dan profesional, angka kematian akibat kanker prostat bisa ditekan,” tegasnya mengutip data Global Cancer Observatory (GCO).

Pimpinan dan direksi Tzu Chi Hospital membuka tirai sebagai tanda peresmian Prostate & Urinary Stone Center di Tzu Chi Hospital, Pantai Indah Kapuk, Jakarta,  Sabtu (1/11/2025). (Foto: Liu)

Pelayanan Manusiawi dan Profesional

Di kesempatan yang sama, Direktur Senior TCH Prof. Dr. dr. Satyanegara, Sp.BS berharap pusat layanan ini menjadi tempat yang memberikan rasa nyaman dan penghargaan bagi pasien. “Kami ingin pasien merasa dilayani dengan cepat, responsif, dan ramah,” ujarnya.

Prof. Satyanegara mengenang sosok almarhum Prof. Dr. dr. Djoko Rahardjo, SpB, SpU(K), guru besar urologi FKUI–RSCM yang banyak berjasa dalam dunia urologi di Indonesia. “Saya dan beliau selalu bersama dalam praktik. Semangatnya dalam membantu pasien harus diteruskan oleh tim dokter TCH,” kata Prof. Satyanegara yang menyebut nama beberapa dokter muda di TCH seperti dr. Firdianto, Sp.U, dr. Stevano Sipahutar, dan dr. Saras Serani.

Teknologi Tinggi untuk Penanganan Batu Ginjal dan Kanker Prostat

Sementara itu, dr. Firdianto, Sp.U mengungkapkan kasus urologi terbanyak di TCH saat ini adalah batu saluran kemih (urinary stone), disusul pasien prostat dan batu ginjal. Untuk menunjang penanganan, TCH dilengkapi berbagai perangkat medis berteknologi tinggi, antara lain Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (SWL), yang menggunakan gelombang kejut energi tinggi untuk memecah batu ginjal tanpa pembedahan.

“Ada juga alat litotripsi laser yang menghancurkan batu di saluran kemih menjadi serpihan kecil agar mudah keluar melalui urine,” jelasnya.

TCH juga telah menerapkan teknologi bedah robotik dalam penanganan kanker prostat. “Sampai saat ini, sudah ada 18 tindakan robotik dilakukan di TCH sejak alat tersebut dioperasikan setahun lalu,” ungkap dr. Firdianto.

Ia menambahkan, tim urologi TCH terdiri dari empat dokter, termasuk dokter perempuan dr. Saras Serani yang menangani kasus pada pasien wanita lanjut usia.

Dengan hadirnya Prostate & Urinary Stone Center, Tzu Chi Hospital menegaskan komitmennya menghadirkan layanan kesehatan yang manusiawi, profesional, dan berbasis teknologi modern untuk menekan angka kematian akibat penyakit urologi di Indonesia. (Liu)

 

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *