Press "Enter" to skip to content

Wamenpar Tegaskan Pentingnya Kelestarian Hiu Paus di Botubarani untuk Wisata Berkelanjutan

Social Media Share

Wamenpar Ni Luh Puspa saat wawancara dengan media, usai berdialog dengan masyarakat dan pelaku wisata setempat.(Ist)

BOTUBARANI, NP – Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa menegaskan pentingnya menjaga kelestarian hiu paus (Rhincodon typus) di Desa Botubarani, Gorontalo, sebagai bagian dari pengembangan wisata berbasis alam yang berkelanjutan.

Dalam dialog dengan masyarakat dan pelaku wisata setempat pada Minggu (28/9/2025), Wamenpar menekankan bahwa pengembangan wisata hiu paus harus dilakukan tanpa mengganggu habitat alami satwa laut langka tersebut. Ia menegaskan, keberadaan hiu paus merupakan daya tarik utama Botubarani yang hanya bisa terjaga jika prinsip konservasi diutamakan.

Wamenpar Ni Luh Puspa juga menyampaikan komitmen Kementerian Pariwisata untuk berkoordinasi lebih lanjut dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango dalam merumuskan langkah konkret pengelolaan wisata hiu paus yang berkelanjutan.

“Yang paling penting dari diskusi ini adalah bagaimana wisata di sini dapat berkembang secara berkelanjutan. Pesan Bu Menteri Pariwisata jelas, kita harus menjaga area konservasi dan kelestarian hiu paus agar daya tarik wisata ini tetap ada di masa depan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (30/9/2025).

Ia mengajak wisatawan untuk ikut berkontribusi dalam pelestarian dengan berperilaku bertanggung jawab, seperti menjaga jarak aman, tidak memberi makan langsung, dan tidak mencemari laut.

Selain itu, Wamenpar mendorong masyarakat dan pemerintah daerah untuk menciptakan atraksi tambahan agar wisata di Botubarani tidak hanya bergantung pada hiu paus.

“Perlu inovasi lain untuk mengembangkan desa wisata ini, agar wisatawan bisa merasakan berbagai pengalaman saat berkunjung,” tambahnya.

Sejak kemunculan pertama pada 2016, hiu paus menjadi daya tarik utama wisatawan di Botubarani. Keistimewaannya, hewan raksasa ini bisa dilihat dari bibir pantai maupun dengan perahu nelayan dan paddleboard. Wisatawan juga dapat menikmati pengalaman menaiki perahu transparan serta berfoto dengan bantuan drone yang memperlihatkan posisi hiu paus dari atas.

Potensi besar tersebut membawa tantangan dalam menjaga kenyamanan hiu paus dan habitatnya seiring meningkatnya jumlah wisatawan.

Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Botubarani, Wahab Matoka, menyatakan kemunculan hiu paus membawa perubahan positif bagi masyarakat. Pariwisata kini dikelola secara mandiri oleh warga, namun ia menilai jumlah wisatawan perlu ditingkatkan.

“Kami ingin wisata di sini berbeda dari Bali, tetapi jumlah pengunjungnya bisa setara dengan Bali,” ujarnya.

Wahab juga berharap Kemenpar membantu pengadaan rumpon plankton sebagai penunjang ekosistem laut, yang berfungsi sebagai feeding ground bagi hiu paus dan berbagai ikan lain. Keberadaan rumpon diyakini mampu menjaga kesinambungan atraksi wisata bawah laut.

Dalam kunjungannya, Wamenpar juga bertemu masyarakat Desa Wisata Religi Bubohu Bongo dan meninjau fasilitas toilet bersih di Pantai Dulanga yang didukung Kemenpar. Ia didampingi Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar Hariyanto serta Staf Ahli Bidang Transformasi Digital dan Inovasi Pariwisata Masruroh.(red)

 

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *