Ilustrasi – Hadirnya pabrik pakan di wilayah timur diharapkan tingkatkan penyerapan jagung petani. (Foto: Ist)
JAKARTA, NP – Pemerintah akan memulai program hilirisasi ayam terintegrasi mulai tahun depan, mencakup pembangunan pabrik pakan, pembibitan, penetasan telur, cold storage, dan rumah potong ayam (RPHU), khususnya di luar Jawa. Program yang digagas bersama Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara ini ditujukan memperkuat ekosistem pangan nasional dan meningkatkan daya saing peternak melalui sistem perunggasan yang lebih terpadu.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Desianto B. Utomo, menyatakan dukungannya. Menurutnya, kehadiran pabrik pakan baru akan menambah opsi bagi peternak mandiri yang selama ini bergantung pada integrator besar.
“Semakin banyak pilihan bagi peternak, terutama peternak mandiri, akan semakin baik. Kehadiran pabrik-pabrik baru dapat memberikan peluang agar peternak tidak terlalu bergantung pada integrator-integrator besar,” kata Desianto dalam keterangan tertulis, Selasa (25/11).
Desianto menekankan manfaat paling cepat terasa jika pabrik pakan dibangun di Indonesia timur, di mana penyerapan jagung lokal meningkat, terutama saat panen. Ia mencontohkan NTB, NTT, Sumba, dan Bima, yang merupakan sentra jagung namun belum memiliki industri pakan memadai.
“Yang pertama adalah penyerapan jagung saat musim panen. Dengan hadirnya pabrik, akan ada kompetisi penyerapan lokal yang mungkin memicu petani menanam lebih banyak,” ujarnya.
Namun, ia menegaskan bahwa beberapa lokasi target pembangunan masih memerlukan peningkatan akses transportasi agar operasional pabrik optimal. “Di Kalimantan bagian atas, misalnya, GPMT saat ini baru memiliki pabrik di Pontianak. Akses darat, pelabuhan, dan fasilitas bongkar muat masih minim,” katanya.
Sementara itu, Kholiq dari Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) menilai program ini bisa menjadi titik balik bagi stabilitas harga, kemandirian, dan efisiensi produksi. Menurutnya, hilirisasi yang dikelola dengan baik bisa menekan biaya produksi hingga Rp600–1.000 per kilogram dan mengurangi praktik bundling pakan-DOC oleh integrator besar.
“Kehadiran fasilitas baru dapat mengurangi peran broker dan membuka peluang pemasaran langsung. Selama ada koperasi dan akses produksi yang memadai, peternak bisa mandiri 100%. Harga pun lebih stabil karena ada kompetitor baru,” kata Kholiq.
GPMT dan PINSAR sepakat, hilirisasi ayam terintegrasi perlu dirancang kompetitif. Langkah ini dianggap penting untuk mendorong kemandirian perunggasan, memperkuat peran UMKM, dan menciptakan persaingan yang sehat.
“Selama pemerintah benar-benar membantu dan tidak ikut di sektor budidaya, kami yakin peternak rakyat bisa jauh lebih kuat,” pungkas Kholiq. (red)







Be First to Comment