Chairman ALI, Mahendra Rianto, saat memaparkan presentasi pada The 5th OCTF (Jakarta) di Mangkuluhur Artotel. (Foto: Liu)
JAKARTA, NP — Chairman Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Mahendra Rianto, menegaskan bahwa sektor logistik memegang peran strategis dalam mendorong ambisi Indonesia menjadi kekuatan utama pariwisata dunia pada 2045, atau minimal masuk dalam jajaran lima besar. Upaya menuju “Indonesia Emas” tersebut, menurutnya, hanya dapat dicapai dengan kolaborasi erat antara industri logistik, transportasi, dan hospitality.
“Kita harus menjadi negara terbesar di dunia, atau masuk Big Five. Ini sejalan dengan prediksi World Bank,” ujar Mahendra saat berbincang dengan redaksi dalam gelaran The 5th OCTF (Jakarta) di Mangkuluhur Artotel, Selasa (25/11/2025).
Aksesibilitas: Faktor Penentu
Mahendra menekankan bahwa untuk menjadi raksasa pariwisata global, aksesibilitas adalah kunci. Transportasi dan logistik yang efisien menentukan kemudahan wisatawan mencapai berbagai destinasi. Tanpa konektivitas yang baik, kata dia, potensi pariwisata daerah tidak akan berkembang optimal.
Infrastruktur logistik yang kuat juga menjadi salah satu faktor penentu kenyamanan. “Inilah yang membentuk pengalaman wisatawan, dari kedatangan hingga kepulangan,” jelas alumnus Fakultas Teknik Universitas Pancasila itu.

Ia menambahkan, tenggat menuju 2045 kian dekat. Karena itu, dunia industri harus memiliki roadmap yang jelas—mulai dari produk unggulan hingga prioritas pasar, apakah domestik atau global.
Bandara dan Transportasi Massal Jadi Gerbang Utama
Mahendra menyebut bandara domestik dan internasional, kereta api, hingga transportasi massal lainnya sebagai “pintu gerbang” yang mencerminkan kesiapan Indonesia menyambut jutaan wisatawan. Semua ini menunjukkan betapa vitalnya peran logistik dalam rantai ekosistem pariwisata.
Potensi Indonesia, katanya, sangat besar. Destinasi seperti Bali dan Lombok sudah mendunia, sementara kawasan lain seperti Danau Toba memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Namun semua memerlukan kerja keras dan dukungan kebijakan yang konsisten di tingkat pusat maupun daerah.
“Potensi yang paling mudah dieksplor adalah pariwisata. Danau Toba pun sangat potensial, tidak kalah dengan Bali dan Lombok,” ujarnya.
Perbandingan dengan Jepang
Mahendra turut menyinggung ambisi Jepang yang juga membidik posisi dalam peta ekonomi dunia. Negara itu, kata dia, harus meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga tiga kali lipat untuk mencapai level Indonesia Emas, atau setara US$ 3 triliun. Saat ini, PDB Jepang berada di kisaran US$ 1,3 triliun.
“Semua pihak harus bekerja keras. Pemerintah pusat, sektor industri, hingga pemda harus mengambil peran,” tandasnya. (Liu)







Be First to Comment