Press "Enter" to skip to content

Dongkrak Produksi Sapi Dalam Negeri, Mentan SYL Dorong Kemitraan Usaha Integrasi Sapi-Sawit

Social Media Share

TANAH BUMBU, NP – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong pelaku usaha atau perusahaan besar sawit (PBS) agar melakukan integrasi Sapi-Sawit, baik secara langsung oleh perusahaan atau melalui kemitraan dengan peternak di sekitarnya.

Menurut SYL, kemitraan usaha inti-plasma dalam integrasi sapi-sawit akan mampu mendukung peningkatan populasi dan produksi sapi potong di dalam negeri, serta pertanian berkelanjutan di Indonesia. Hal tersebut Ia sampaikan saat Acara Panen Pedet dan Kick Off SISKA KU INTIP (Sistim Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma) di lokasi SISKA Ranch PT. Buana Karya Bhakti, Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, Sabtu (18/03).

Pada kesempatan tersebut, Mentan SYL mengatakan, sistim integrasi sapi-sawit dan kemitraan yang dilakukan di Kalimantan Selatan ini adalah contoh kerjasama saling menguntungkan antara pengusaha kelapa sawit dengan para peternak di sekitarnya yang dapat direplikasi di provinsi lainnya.

Menurut SYL, usaha integrasi sapi-sawit dan kemitraan usaha ini akan berkontribusi positif terhadap peningkatan populasi dan produksi sapi potong dan pengembangan pertanian berkelanjutan di Indonesia.

“Saya menghimbau kepada para pemilik perusahaan perkebunan sawit lainnya yang belum melaksanakan integrasi sapi- sawit untuk segera bergabung dan dapat dilakukan melalui kemitraan dengan peternak sekitarnya”, kata SYL.

Mentan SYL menjelaskan, Indonesia memiliki perkebunan sawit yang luasnya mencapai 16,38 juta Ha, sehingga jika dimanfaatkan 20% saja untuk pengembangan ternak sapi, maka akan menghasilkan kurang lebih 1,6 juta ekor sapi. “Jika integrasi sapi-sawit dan kemitraan ini bisa berjalan dengan baik, maka tentunya akan mendukung peningkatan populasi dan produksi sapi potong di dalam negeri dan mewujudkan pertanian perkelanjutan”, tandasnya.

“Saya sangat mengapresiasi kepada Bapak Gubernur Kalimantan Selatan beserta jajarannya, dengan komitmennya yang tinggi telah mewajibkan pengusaha perkebunan sawit untuk melakukan integrasi sapi sawit atau bermitra dengan peternak sekitarnya”, kata Mentan SYL.

“Hasil dari pengembangan integrasi sapi-sawit ini luar biasa, yang ternyata mampu menghasilkan sapi-sapi yang berkualitas dan pertumbuhan sawit-sawit di sini juga bagus”, ujarnya saat di lokasi acara.

Pada kesempatan yang sama Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor mengakatan, SISKA KU INTIP adalah program unggulan yang dilaksanakan sebagai upaya pengembangan sistim usaha dan agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terintegrasi guna mendukung percepatan swasembada sapi potong di Provinsi Kalimantan Selatan.

Sebagai wujud komitmennya, Gubernur Kalimantan Selatan juga telah mengeluarkan Peraturan Gubernur nomor 053 tahun 2021 tentang percepatan swasembada sapi potong melalui program integrasi sapi sawit. Dalam Peraturan Gubernur itu, diwajibkan bagi pengusaha perkebunan sawit untuk mengimplementasikan SISKA KU INTIP pada tahun 2024.

Sahbirin menjelaskan, potensi pengembangan sistim integrasi sapi sawit di Kalimantan Selatan sendiri masih terbuka lebar. Hingga Maret 2023, di Kalimantan Selatan telah tergabung secara aktif 18 cluster SISKA KU INTIP yang berada di 12 grup perusahaan perkebunan besar swasta (PBS) dan 1 koperasi. Jumlah anggota sebanyak 279 orang pekebun peternak plasma. Adapun total kepemilikan sapi sebanyak 2.394 ekor yang digembalakan di lahan kebun sawit seluas 21.331 hektar.

“Potensi lahan perkebunan kelapa sawit untuk pengembangan SISKA KU INTIP di Kalsel ini adalah seluas 250.000 ha dengan potensi daya tampung 125.000 ekor ternak sapi,” ungkap Paman Birin.

Integrasi Sapi-Sawit mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah mengatakan, Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA) merupakan suatu program nasional yang mengintegrasikan ternak sapi dengan tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit dengan konsep menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak tanpa mengurangi aktifitas dan produktifitas tanaman.

Nasrullah menjelaskan, sistim usaha integrasi sapi sawit ini akan memberikan tambahan keuntungan bagi perusahaan dan juga berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan peternak di sekitar perkebunan karena peternak dapat memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk pakan ternak. Selanjutnya, perusahaan sawit dapat memanfaatkan kotoran ternak untuk pupuk tanaman.

Lebih lanjut Nasrullah menyampaikan, melalui sistim integrasi sapi sawit ini, penggunaan herbisida dan pupuk anorganik dapat dikurangi sekitar 30%, sehingga mengurangi biaya produksi dan menjadikan sistem pertanian yang ramah lingkungan (rendah karbon, sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca). Selain itu integrasi sapi sawit juga dapat menjadi alternatif sumber pendapatan saat dilakukan replanting atau peremajaan sawit rakyat (PSR).

Nasrullah menyebutkan, pola pengembangan SISKA KU INTIP ini diimplementasikan dengan kombinasi pembiakan dan penggemukan, serta pemanfaatan optimalisasi KUR untuk peningkatan skala usaha.

“Pola pengembangan SISKA KU INTIP ini terbukti efektif dan efisien karena mengoptimalkan sumber daya perkebunan sawit sebagai penyedia pakan yang murah”, ungkap Nasrullah. “Pola pengembangan ini juga mendukung sistim pertanian berkelanjutan karena terbukti berdampak positif secara sosial, ekonomi dan lingkungan (green economy)”, pungkasnya.(red)

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *