Press "Enter" to skip to content

Berawal Sebagai RS Rujukan Pasien Covid, Kini RS BSH Menjadi Model Medical Tourism

Social Media Share

Desain arsitektur BSH, yakni open & multifunction floor (Green Hospital Concept).(Ist)

JAKARTA, NP – Kilas balik penanganan pasien covid-19 awal tahun 2020, pemerintah sempat mengonsolidasi rumah-rumah sakit (RS) di berbagai daerah di Indonesia sebagai rujukan penanganan pasien yang terinfeksi virus, termasuk di Bogor. Para kepala daerah, awalnya mengumpulkan para direktur RS termasuk yang berlokasi di kota Bogor. Para pertemuan yang dipimpin oleh Walikota Bogor periode 2019 -2024, Bima Arya Sugiarto dan jajaran kantor dinas Kesehatan kota Bogor serta beberapa direktur yang sempat ragu untuk menjadikan rumah sakitnya sebagai rujukan penanganan pasien covid.

“Hanya sekitar 10 detik ketika pak Bima Arya meminta kami (direktur-direktur RS) untuk bantu (penanganan pasien), saya yang pertama kali angkat tangan (berkenan menampung pasien). Direktur yang lain nggak menduga, bahkan pak Bima dan dinkes juga sempat heran dengan gercep (gerak cepat) dan keberanian saya untuk tangani pasien covid. Kami pasang badan dan tidak ragu saat itu,” ujar Direktur Bogor Senior Hospital (BSH), Albert Abednego kepada Redaksi, Jumat (11/10/2024).

Setelah pertemuan tersebut, terjadi efek domino kesediaan para pengelola RS di luar Bogor untuk menampung serta menangani pasien covid. Termasuk RS Siloam Kelapa Dua, RS Mitra Keluarga Jatiasih dan lain sebagainya berkenan menjadi RS rujukan.

“Waktu itu Pemerintah awalnya hanya mengandalkan RSUD (rumah sakit umum daerah). Tapi di luar dugaan, ternyata rumah sakit swasta juga bersedia jadi rujukan,” kata alumni Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.
Pertimbangan menjadikan BSH sebagai pionir RS rujukan covid, salah satunya, karena desain arsitekturnya open & multifunction floor ( Green Hospital Concept). Gedung BSH dengan empat lantai terbuka, potensial menurunkan resiko penularan covid secara maksimal. Karena ruangan ber-AC yang selalu tertutup, maka virus dari penderita covid berputar-putar di dalam ruangan, cepat menular ke orang yang sehat. “Kalau BSH dengan desain open space, sehingga mengurangi resiko penularan,” kata Albert Abednego.

Direktur RS BSH, dr. Albert Abednego (tengah).(Ist)

Setelah Pandemi Covid-19 usai, sekitar pertengahan tahun 2023, dimana masyarakat memasuki masa New Normal, direksi BSH semakin meningkatkan kualitas layanan. BSH yang sebelumnya melayani kekhususan pasien lansia (geriatric) menjadi rumah sakit umum yang dapat melayani berbagai macam layanan serta dibangunnya Alamanda Living yang menjadi hunian yang terkonsep untuk lansia, pasien hospice care, sampai corporate gathering dan staycation .

“ BSH juga sebagai pionir yang mengintegrasikan rumah sakit dengan senior living . Selain itu ,merupakan salah satu rumah sakit yang ditunjuk Kementerian Pariwisata (Kemenparekraf) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagai model Medical Tourism di Indonesia. Karena memang, lokasi BSH di Bogor, sebagai akses masyarakat terutama yang dari Jakarta berbondong-bondong menghabiskan long weekend di tempat wisata Puncak,” imbuh Albert Abednego.

Sebagai informasi, BSH berada di area lahan tujuh hektar didesain ramah lansia. Kekhasan dan desain mutakhirnya, tinggi toilet duduk yang dirancang lebih tinggi dari ukuran normal. Selain itu, di sisi kiri dan kanan toilet disediakan pegangan besi untuk pasien menjaga keseimbangan yang setiap tahunnya mendapatkan penghargaan sebagai bangunan ramah lansia dan anak. Mekanisme pelayanan kepada pasien juga berbeda dibanding pasien di rumah sakit biasa. Misalnya, pasien yang datang tidak perlu antre, melainkan didatangi petugas. Pasien cukup duduk santai di lounge. Selain, jumlah warga lansia Indonesia (usia di atas 60 tahun) sudah mencapai 22 juta orang atau 9,6 persen dari populasi. Ironisnya, fasilitas bagi warga senior dan jumlah ahli geriatri masih terbatas. Jumlah dokter geriatri baru 30 orang. Sebagai perbandingan, kondisi di Amerika Serikat, ternyata sudah memiliki 17 ribu dokter geriatri.

“Saat ini, dari 280 juta jiwa penduduk Indonesia, 65 persen pada masa usia produktif. Ke depan, mereka menjadi tua, dan ada kebutuhan pelayanan kesehatan geriatri. Sehingga kami yakin, konsep BSH menjadi destinasi utama,”tutup Lulusan program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) dan Magister Management.(Liu)

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *