Press "Enter" to skip to content

3 Fase Berinteraksi dengan Al Quran agar Mendapat Kemuliaannya

Social Media Share

BULAN Ramadhan adalah bulan yang memiliki keistimewaan. Salah satu yang menjadikannya bulan istimewa karena pada bulan tersebut diturunkannya Al Quran. Sehingga dinamakan Bulan Al Quran (syahrul Quran).

Allah SWT berfirman,”Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)”. (QS. Al-Baqarah: 185)

KH Muslim Anshori MA menjelaskan pada bulan ramadhan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pertama kalinya menerima wahyu pertama dari Allah subḥanahu wataʿala melalui perantara malaikat Jibril.

Peristiwa itu menjadi dasar peringatan Nuzulul Qur’an (turunnya Al Quran) yang oleh sebagian besar ulama berpendapat bahwa Nuzulul Quran terjadi pada 17 Ramadhan.

Peristiwa turunya ayat pertama Al Quran disebut dalam surat Al Alaq ayat 1-5:

1) Iqra’ bismi rabbikal-lażī khalaq(a).
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!”

2) Khalaqal-insāna min ‘alaq(in).
Artinya : “Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.”

3) Iqra’ wa rabbukal-akram(u).
Artinya : “Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia,”

4) Allażī ‘allama bil-qalam(i).
Artinya : “yang mengajar (manusia) dengan pena.”

5) ‘Allamal-insāna mā lam ya’lam.
Artinya : “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Oleh karena itu, KH Muslim menegaskan apapun yang terkait dengan Al Quran, maka semua akan bisa menjadi istimewa.

“Al Quran itu diturunkan di bulan suci Ramadhan maka bulannya menjadi istimewa. Al Quran itu diturunkan di malam, maka malam itu menjadi istimewa. Al Quran diturunkan di hari Jumat maka harinya jadi istimewa. Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad maka Nabi Muhammad menjadi penghulu dari para nabi. Al Quran dipelajari oleh orang-orang yang mempelajarinya maka orang itu menjadi mulia. Lihat data-data para hafiz Al Quran, orang-orang yang mengerti Al Quran akan dimuliakan oleh Allah dan dimuliakan oleh manusia.”

Begitu KH Muslim Anshori menekankan!

Peringatan Nuzulul Quran, 17 Ramadhan 1445 Hijriyah di Masjid Jami Attaqwa Komplek DepKes Pondok Labu, Jakarta Selatan. (Foto: narasipos.com)

Berinteraksilah dengan Al Quran

Lalu bagaimana agar kita bisa mendapat keistimewaan dari Al Quran?
KH Muslim menekankan pentingnya setiap orang berinteraksi dengan Al Quran.

Bagaimana caranya?
KH Muslim menjelaskan pada dasarnya ada fase-fase yang dilalui setiap orang dalam mempelajari Al Quran.

(1) Fase pertama, qara’a bermakna ‘membaca dengan memahami’.

“Yaitu orang yang mengenal Al Quran dan masih dalam tahap belajar. Al Quran boleh dibaca salah karena masih dalam tahap belajar,” ucap KH Muslim.

Pada fase ini, orang yang berupaya bisa membaca dan memahami Al Quran, meskipun membacanya tidak jelas dan tepat sesuai dengan ilmu tajwid, kaidah dan hukum-hukumnya. Orang tersebut tetap mendapatkan dua pahala.

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka ia bersama para malaikat yang mulia (bersih dari maksiat) dan taat dalam kebaikan. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan merasa kesulitan ketika membacanya, maka baginya dua pahala.” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari dan Muslim)

(2) Fase kedua, Tilawah bermakna lebih dalam merujuk pada cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar.

Menurut KH Muslim, Tilawah bukan sekedar membaca, tetapi juga mampu memahami yang dibacanya, dan mengamalkan yang dipahaminya itu.
Pada fase, Tilawah diperuntukan bagi orang-orang tertentu seperti orang yang dipercaya menjadi imam sholat.

“Itu nggak bisa lagi sekedar membaca, tetapi harus Tilawah,” terang KH Muslim.

Juga diperuntukan bagi orang yang dipercaya memimpin bacaan dzikir, memimpin bacaan surat Yasin (Yasinan) misalnya.

“Pada level ini, orang yang bersangkutan sudah harus mengerti. Sebab apa? Karena kalau sampai salah, maka kesalahan dia bisa berpengaruh kepada yang lain,” imbuh KH Muslim.

(3) Fase ketiga, Hafiz/Hafidzoh bermakna menjaga dan memelihara.

Bagaimana maksudnya?
Menurut KH Muslim, pada fase ini, orang yang telah mempelajari Al Quran pada tingkatan ini telah berada pada tingkatan paling tinggi.

Menurut KH Muslim, maka Hafiz atau Hafidzoh dalam konteks ini tidaklah harus menghafal Al Quran. Tapi bagaimana Al Quran itu dijadikan pedoman hidup sehingga bisa menjadi penjaga dan mampu memelihara seseorang sehingga bisa menjadi menjadi penuntun dalam meniti kehidupann nya.

“Seperti dalam perkara sholat yang tepat waktu dan tepat waktu itu namanya menjaga,” sebutnya.

Berkaitan dengan itu, seseorang diwajibkan untuk mengamalkan nilai-nilai, ajaran, perintah dan larangan Allah SWT yang terkandung dalam Al Quran.

Dalam konteks ini, KH Muslim menekankan bahwa dalam segala urusan dan perkara, apapun masalah yang dialami setiap orang maka kembalilah kepada Al Quran yang sudah Allah SWT tegaskan dalam firmannya seperti yang dinyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 185 seperti dinyatakan di awal tulisan ini.

“Bagaimana kita mau benar kalau Al Quran itu tidak ada dalam kehidupan kita,” pesan KH Muslim.

Hal ini, menurut KH Muslim seperti yang ditegaskan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.

“Al-Qur’an memberi syafaat dan dimintai syafaat, dan menjadi saksi yang diyakini (kebenarannya), barangsiapa yang menjadikannya sebagai imam, panutan, pedoman (dengan mengamalkan isi kandungannya) maka ia akan ditarik ke surga, dan barangsiapa yang menjadikannya di belakang punggungnya (meninggalkan isi kandungannya) maka ia akan ditarik ke neraka” (Ibnu Hibban dan Thabrani)

Evaluasi Diri

Berkaitan dengan peringatan Nuzulul Quran, KH Muslim mengharapkan setiap orang agar terus istiqomah memperlajari Al Quran.

“Yang belum pandai berusaha belajar membaca Al Quran. Yang sudah pandai maka harus mengamalkan Al Quran. Yang sudah sudah mampu mengamalkan Al Quran, istiqomah-lah dalam mengamalkan Al Quran itu,” tegasnya.

Ia juga berharap, dengan peringatan Nuzulul Quran yang menandai diturunkannya Al Quran di bulan Ramadhan maka kita harus mengevaluasi diri.

“Sudah sejauh mana Al Quran itu kita terapkan di dalam kehidupan? Kalau Al Quran itu sudah kita terapkan di dalam kehidupan. Yakinlah Allah akan menjadikan kita dan membimbing kita dalam jalan menuju kehidupan akhirat nanti” pungkas KH Muslim.***

Disampaikan pada Peringatan Nuzulul Quran

Waktu : 17 Ramadhan 1445 Hijriyah
Oleh : KH Muslim Anshori MA
Tempat : Masjid Jami Attaqwa Komplek DepKes Pondok Labu

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *